JAKARTA. Nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat menekan rupiah. Ini tentu berimbas buruk pada emiten yang bergantung pada impor bahan baku, seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Hampir 100% bijih besi dan besi spons yang digunakan untuk bahan baku KRAS berasal dari impor. KRAS sendiri sudah berupaya mengurangi ketergantungan impor dengan mendirikan PT Meratus Jaya Iron & Steel yang memproduksi besi spons. Hanya saja, produksi PT Meratus Jaya Iron & Steel belum mengurangi kebutuhan impor secara signifikan. Analis AAA Sekuritas, Carrel Mulyana bilang, rupiah yang melemah menjadi sentimen negatif bagi KRAS. Ia mencontohkan, di kuartal III/2012 lalu, KRAS mencatatkan rugi selisih kurs Rp 197 miliar. Ini karena, pendapatan KRAS berbasis rupiah.
KRAS tertekan harga jual dan nilai tukar dollar AS
JAKARTA. Nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) yang terus menguat menekan rupiah. Ini tentu berimbas buruk pada emiten yang bergantung pada impor bahan baku, seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS). Hampir 100% bijih besi dan besi spons yang digunakan untuk bahan baku KRAS berasal dari impor. KRAS sendiri sudah berupaya mengurangi ketergantungan impor dengan mendirikan PT Meratus Jaya Iron & Steel yang memproduksi besi spons. Hanya saja, produksi PT Meratus Jaya Iron & Steel belum mengurangi kebutuhan impor secara signifikan. Analis AAA Sekuritas, Carrel Mulyana bilang, rupiah yang melemah menjadi sentimen negatif bagi KRAS. Ia mencontohkan, di kuartal III/2012 lalu, KRAS mencatatkan rugi selisih kurs Rp 197 miliar. Ini karena, pendapatan KRAS berbasis rupiah.