KONTAN.CO.ID - Kini, pot bunga tak hanya berfungsi untuk menanam tanaman saja, tapi juga bisa mempercantik penampilan hunian,
indoor maupun
outdoor. Tak heran jika saat ini kreasi pot makin banyak macamnya. Maklum saja, makin banyak yang memburu pot dengan aneka motif dan bahan. Andi Oak, pemilik Topi Kaktus asal Banjarnegara, Jawa Tengah mengaku kebanjiran pesanan pot dalam dua bulan terakhir ini. Padahal, ia baru mendirikan Topi Kaktus sejak enam bulan lalu. Peminatnya terus bertambah seiring berjalannya waktu. Pelanggan Andi berasal dari Jakarta, Bali, Bandung bahkan sampai mancanegara seperti Amerika, China dan Singapura. Bahkan, ia sampai menutup pesanan lantaran kewalahan menggarap order yang datang. "Ada pesanan 100.000 pot dari China yang belum digarap juga," tutur Andi. Meski sudah dibantu 8-10 karyawan, Andi masih kewalahan dan berniat menambah tukang lagi.
Topi Kaktus menjual pot berbahan dasar batu pualam dengan aneka bentuk dan ukuran. Bentuknya antara lain kotak, lonjong, bulat, pentagon dan sebagainya. Sedangkan ukuran pot mulai dari yang terkecil 9 cm x cm x 9 cm sampai yang terbesar 20 cm x 20 cmx10 cm. Aneka jenis pot tersebut dibanderol mulai Rp 10.000-Rp 35.000 per buah. Harga ini berlaku untuk pembelian minimal 20 unit pot. Sementara, harga satuan lebih mahal. Yakni, mulai Rp 15.000-Rp 50.000 per satu pot untuk yang polos. "Kami juga ada pot karakter yang sudah digambar dan diwarnai, harganya mulai Rp 50.000-Rp 75.000 per buah," terang Andi. Dalam sebulan, ia bisa menjual minimal 15.000 buah pot. Praktis, ia bisa mengantongi omzet hingga puluhan bahkan ratusan juta rupiah dalam sebulan. Banyaknya pesanan juga diakui oleh Aditya, pemilik Bamboo Kaktus. Setiap hari Adit bisa menerima pesanan minimal 100 buah pot sepaket dengan kaktus. "Ini masih kewalahan karena proses membuat pot dari kayu dan bambu itu lumayan lama, butuh waktu," ungkapnya. Bamboo Kaktus menjual pot berbahan dasar kayu dan bambu untuk mempercantik tanaman kaktus. Harganya mulai Rp 20.000 - Rp 100.000 per paket, biasanya dijual sepaket dengan kaktusnya. "Harga bergantung juga sama jenis kaktusnya, makin langka jenisnya, makin mahal," tutur Adit. Ia sudah menggeluti bisnis pot ini sejak setahun lalu. Menurut Adit bisnis pot dan tanaman saat ini sangat menjanjikan pasarnya, mengingat makin banyak kaum perempuan yang gemar mendekor rumah. Selain itu, kini kaktus juga kerap dijadikan alternatif suvenir di acara pernikahan maupun wisuda. "Kebanyakan pesan untuk suvenir sih, walaupun ada juga yang pesan untuk keperluan pribadi. Tapi ya itu, kalau di saya minimal pemesanan harus 5 pot. Itu sudah sepaket dengan kaktusnya," ujar Adit. Variasi bahan baku pembuat pot jadi daya tarik tersendiri Kini, pot yang digunakan untuk menanam tanaman yang menjadi ornamen dekorasi rumah tidak hanya terbuat dari plastik. Bahan seperti bambu, kayu, gerabah dan batu alam pun digunakan untuk memberi variasi. Bahan-bahan tersebut sengaja digunakan untuk menimbulkan kesan natural pada pot. Kesan hangat pun segera terasa di sebuah rumah tinggal. Seringkali orang melihat pot yang terbuat dari plastik kesannya kaku dan kurang luwes. Sementara, pot yang terbuat kayu dan bambu lebih alami dan luwes saja dilihatnya. Dan bisa bersanding dengan perabotan lain dengan anggun. "Cocok untuk orang yang mengusung konsep vintage atau back to nature," tutur Aditya, pemilik Bamboo Kaktus asal Lembang, Jawa Barat. Berbeda dengan pot plastik yang ringkas, pot dengan bahan-bahan berasal dari alam ini memang tampak lebih menarik. Harganya juga lebih tinggi dibanding dengan pot plastik. Maklum, proses pembuatan pot ini lumayan rumit dan butuh waktu lama. Aditya bahkan menyebut, proses pembuatan pot dengan bahan kayu atau bambu memang cukup menantang. Proses pembuatannya lumayan rumit dan menyita waktu. Terutama untuk pot berbahan bambu yang butuh waktu sekitar seminggu untuk pengerjaan satu pot. Pot bahan bambu memang hasilnya bagus, dibandingkan sama yang kayu, aksen naturalnya lebih dapat. Namun, proses pengeringan bambu butuh waktu lama. . Sebelum dibuat pot, bambu harus dipastikan kering, biar awet dan tidak berjamur," kata Adit. Selain proses pembuatan yang lebih lama, Aditya juga mengatakan kalau saat ini sulit mendapat bahan baku bambu. Bahkan, tak jarang Ia memberhentikan sementara proses produksi pot bambu karena kerap kehabisan pasokan bahan baku. Untuk mengimbangi produksi pot bambu yang sering terkendala, Aditya pun menambahkan menambahn varian pot gerabah. Di samping bahannya mudah didapat, modal kerja pot gerabah juga lebih murah.
Lain cerita dengan Andi Oak, pemilik Topi Kaktus asal Banjarnegara. Ia memilih batu alam sebagai bahan membuat pot karena keunikan tekstur batu alam. Teksturnya unik dan di Indonesia sepertinya baru saya yang pakai batu pualam buat bikin pot," tuturnya. Menurut Andi, batu pualam mudah ditemukan, terutama di daerah pegunungan. Ia biasa mendapat pasokan bahan baku dari tukang batu di sekitar Jawa Tengah. "Dapat bahan dari sini- sini saja. Biasanya sayan pesan lebih dulu. Pesannya sudah dalam bentuk potongan balok," ujarnya. Proses pengerjaan pun terbilang mudah. Batu alam tersebut dipotong, kemudian dihaluskan dengan menggunakan amplas. Dalam sehari, Topi Kaktus bisa membuat minimal 500 buah pot. Pengerjaan pot hasil kreasi Andi dibantu oleh 10 orang pegawai. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.