Limbah ikan kakap ternyata bisa disulap menjadi aksesori dan pernak-pernik nan cantik dan diminati pasar hingga mancanegara. Dengan sentuhan kreativitas, Theodora menciptakan gelang, bros, anting, bunga dan juga hiasan foto yang semuanya berbahan baku sisik ikan kakap. Dari hasil olahan sisik ikan itu, Ia mampu mendulang omzet hingga Rp 10 juta per bulan.Barang sisa ternyata tidak selamanya terbuang sia-sia. Dengan sentuhan tangan kreatif, barang sisa atau limbah bisa mendatangkan rezeki. Seperti yang dilakukan Theodora de Lima, yang mengolah sisik ikan kakap yang terbuang menjadi aneka bentuk aksesori dan pernak-pernik perhiasan, seperti gelang, bros, anting, bunga dan hiasan foto.Lulusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan di Universitas Pattimura ini mengolah sisik beragam ikan kakap, baik ikan kakap berwarna merah, hijau, merah muda, kuning maupun sisik ikan kakap warna putih. Setelah terkumpul, sisik tersebut dirangkai menjadi satu sehingga bisa membentuk salah satu jenis aksesori atau pernak-pernik. Setelah selesai, Theodora menjualnya dengan harga beragam, tergantung bentuk aksesori yang dia produksi. Harga termurah, Rp 25.000 per unit. Tapi ada juga yang dijual Rp 300.000 per unit. Dalam sebulan, dia bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta. Tapi, untuk mendapatkan omzet tersebut, Theodora harus bertandang ke mana-mana untuk mengikuti pameran. Banyak sudah lokasi pameran yang ia sambangi, bahkan ia juga beberapa kali mengikuti pameran yang berlangsung di negeri Kincir Angin, Belanda. Tak hanya di luar negeri, dia juga aktif ikut pameran di dalam negeri. Sebut saja pameran yang digelar di Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Makassar, dan Manado. "Pada setiap pameran, produk kerajinan sisik ikan kami habis terjual," jelas perempuan kelahiran Salatiga, Jawa Tengah 47 tahun silam itu. Bermula dari pameran itulah, kerajinan tangan Theodora dikenal pembeli mancanegara. Banyak pembeli dari Belanda, Australia, dan Hongkong menghubunginya, bahkan ada yang datang ke kediamannya di Ambon.Theodora sengaja memilih Ambon menjadi lokasi produksi, karena warga Ambon gemar konsumsi ikan kakap. Alhasil, pasokan sisik ikan kakap terjamin. "Ikan kakap tak hanya memiliki daging yang berprotein tinggi, tapi sisiknya bernilai ekonomi tinggi," tambah Theodora.Ide mengolah sisik ikan muncul ketika ia berkunjung ke Yogyakarta. Saat itu, dia melihat kerajinan kancing bantal berbahan tempurung kelapa. ”Saat itu muncul ide mengolah sisik ikan menjadi bunga,” tutur pemilik kelompok Usaha Bersama Mama Theodora di Wayame, Ambon ini.Bicara soal produksi, Thedora mengaku belum bisa mematok target. Sebab, saat ini, produksinya sesuai dengan pesanan yang datang. "Ketika ada permintaan dalam jumlah banyak, kami menjadi kewalahan," kata Theodora.Selain untuk ekspor, kerajinan sisik ikan kakap juga banyak digemari karyawan perkantoran pemerintah, swasta mau pun dari organisasi masyarakat. Pesanan biasanya datang saat ada acara-acara besar di Maluku, seperti pelaksanaan Sail Banda Agustus 2010 lalu. Tak hanya itu, banyak juga warga keturunan Maluku di Belanda gemar memesan kerajinan sisik ikan itu secara berkala. Karena bahan baku sisi terbatas, Theodora mendatangkan sisik ikan kakap dari Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Sisik ikan yang berwarna putih itu juga dibuat aneka warna sesuai dengan kebutuhan produksi. Agar pasokan bahan baku lancar, Theodora mempekerjakan tenaga khusus untuk mencari limbah sisik ikan kakap tersebut.Sementara itu, pekerja terampil yang dia rekrut di bengkel kebanyakan berstatus mahasiswa yang butuh pekerjaan sampingan. "Sudah banyak mahasiswa yang lulus dari sisik ini," kata Theodora.Saat ini Theodora kesulitan mencari bahan baku pendukung produksi, seperti pengadaan lembaran aluminium, yang harus dia datangkan jauh-jauh dari Pulau Jawa. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kreasi sisik ikan menjadi pernak-pernik cantik nan menggiurkan
Limbah ikan kakap ternyata bisa disulap menjadi aksesori dan pernak-pernik nan cantik dan diminati pasar hingga mancanegara. Dengan sentuhan kreativitas, Theodora menciptakan gelang, bros, anting, bunga dan juga hiasan foto yang semuanya berbahan baku sisik ikan kakap. Dari hasil olahan sisik ikan itu, Ia mampu mendulang omzet hingga Rp 10 juta per bulan.Barang sisa ternyata tidak selamanya terbuang sia-sia. Dengan sentuhan tangan kreatif, barang sisa atau limbah bisa mendatangkan rezeki. Seperti yang dilakukan Theodora de Lima, yang mengolah sisik ikan kakap yang terbuang menjadi aneka bentuk aksesori dan pernak-pernik perhiasan, seperti gelang, bros, anting, bunga dan hiasan foto.Lulusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan di Universitas Pattimura ini mengolah sisik beragam ikan kakap, baik ikan kakap berwarna merah, hijau, merah muda, kuning maupun sisik ikan kakap warna putih. Setelah terkumpul, sisik tersebut dirangkai menjadi satu sehingga bisa membentuk salah satu jenis aksesori atau pernak-pernik. Setelah selesai, Theodora menjualnya dengan harga beragam, tergantung bentuk aksesori yang dia produksi. Harga termurah, Rp 25.000 per unit. Tapi ada juga yang dijual Rp 300.000 per unit. Dalam sebulan, dia bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta. Tapi, untuk mendapatkan omzet tersebut, Theodora harus bertandang ke mana-mana untuk mengikuti pameran. Banyak sudah lokasi pameran yang ia sambangi, bahkan ia juga beberapa kali mengikuti pameran yang berlangsung di negeri Kincir Angin, Belanda. Tak hanya di luar negeri, dia juga aktif ikut pameran di dalam negeri. Sebut saja pameran yang digelar di Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Makassar, dan Manado. "Pada setiap pameran, produk kerajinan sisik ikan kami habis terjual," jelas perempuan kelahiran Salatiga, Jawa Tengah 47 tahun silam itu. Bermula dari pameran itulah, kerajinan tangan Theodora dikenal pembeli mancanegara. Banyak pembeli dari Belanda, Australia, dan Hongkong menghubunginya, bahkan ada yang datang ke kediamannya di Ambon.Theodora sengaja memilih Ambon menjadi lokasi produksi, karena warga Ambon gemar konsumsi ikan kakap. Alhasil, pasokan sisik ikan kakap terjamin. "Ikan kakap tak hanya memiliki daging yang berprotein tinggi, tapi sisiknya bernilai ekonomi tinggi," tambah Theodora.Ide mengolah sisik ikan muncul ketika ia berkunjung ke Yogyakarta. Saat itu, dia melihat kerajinan kancing bantal berbahan tempurung kelapa. ”Saat itu muncul ide mengolah sisik ikan menjadi bunga,” tutur pemilik kelompok Usaha Bersama Mama Theodora di Wayame, Ambon ini.Bicara soal produksi, Thedora mengaku belum bisa mematok target. Sebab, saat ini, produksinya sesuai dengan pesanan yang datang. "Ketika ada permintaan dalam jumlah banyak, kami menjadi kewalahan," kata Theodora.Selain untuk ekspor, kerajinan sisik ikan kakap juga banyak digemari karyawan perkantoran pemerintah, swasta mau pun dari organisasi masyarakat. Pesanan biasanya datang saat ada acara-acara besar di Maluku, seperti pelaksanaan Sail Banda Agustus 2010 lalu. Tak hanya itu, banyak juga warga keturunan Maluku di Belanda gemar memesan kerajinan sisik ikan itu secara berkala. Karena bahan baku sisi terbatas, Theodora mendatangkan sisik ikan kakap dari Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Sisik ikan yang berwarna putih itu juga dibuat aneka warna sesuai dengan kebutuhan produksi. Agar pasokan bahan baku lancar, Theodora mempekerjakan tenaga khusus untuk mencari limbah sisik ikan kakap tersebut.Sementara itu, pekerja terampil yang dia rekrut di bengkel kebanyakan berstatus mahasiswa yang butuh pekerjaan sampingan. "Sudah banyak mahasiswa yang lulus dari sisik ini," kata Theodora.Saat ini Theodora kesulitan mencari bahan baku pendukung produksi, seperti pengadaan lembaran aluminium, yang harus dia datangkan jauh-jauh dari Pulau Jawa. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News