JAKARTA. Ekonomi Indonesia bakal memasuki episode suram tahun depan. Berbagai ramalan menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya akan tumbuh di kisaran 4,5% sampai 5,5% saja. Buntut perlambatan ekonomi ini, salah satunya mengarah ke bisnis perbankan. Penyaluran kredit perbankan bakal ikut melambat mengikuti laju pertumbuhan ekonomi. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Muliaman D. Hadad meramal, permintaan kredit bakal menurun mengikuti situasi ekonomi yang lesu. Tahun depan, BI memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan hanya akan berkisar 15% sampai 20%. Perkiraan itu lebih kontet dibandingkan angka pertumbuhan kredit tahun ini yang ada di atas 30%.
Muliaman mengaku sudah mendiskusikan proyeksi pertumbuhan kredit tahun depan tersebut dengan beberapa bank. Tanggapan bank beragam. "Ada bank yang bilang bahwa proyeksi itu berat. Namun bank menengah-kecil yakin target itu masih bisa tercapai," ujarnya, kemarin (18/12). Muliaman bilang, agar permintaan kredit tak terlalu menukik, butuh stimulus menggerakkan sektor riil. Stimulus itu bisa dalam bentuk insentif fiskal maupun penurunan suku bunga. "Meningkatkan permintaan domestik menjadi sangat penting pada tahun depan," paparnya. Turunkan bunga BI sendiri, kata Muliaman, masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan BI rate pada tahun depan. Terlebih kalau laju inflasi makin jinak, BI akan makin leluasa memakai kebijakan suku bunga untuk mendorong permintaan kredit. Muliaman mengingatkan para bankir untuk mewaspadai pertumbuhan kredit pada semester pertama 2009. "Enam bulan pertama adalah masa-masa kritis yang akan menentukan keseluruhan pertumbuhan 2009," imbuhnya. Meski begitu, imbuh Muliaman, saat ini perbankan masih memiliki bekal yang cukup kuat untuk tetap melakukan ekspansi di tahun depan. "Rasio kecukupan modal yang cukup, kredit macet yang masih relatif rendah, dan likuiditas yang semakin membaik. Dengan modal ini kami harapkan masih ada potensi untuk tumbuh," paparnya. Sampai Oktober 2008 lalu, pertumbuhan kredit sudah mencapai 37,1%. Pertumbuhan kredit investasi paling tinggi mencapai 42,9%. Sedangkan pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 39% dan 33%. Direktur Utama PT Bank NISP Tbk. Pramukti Surjaudaja mengakui pertumbuhan kredit industri perbankan tahun depan akan sulit untuk mencapai angka seperti tahun ini. Kalau permintaan ekonomi domestik masih cukup tinggi, ada peluang kredit perbankan untuk tumbuh 20%. "Permintaan domestik akan menyumbang 70% pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Bank NISP sendiri, kata Pramukti, pada tahun depan hanya mematok pertumbuhan kredit antara 10% sampai 15%. Direktur Utama PT Bank Mega Tbk Yungky Setiawan menambahi angka pertumbuhan kredit 20% masih cukup realistis. "Malah kalau pada kuartal kedua 2009 ada tanda-tanda ekonomi membaik, pertumbuhan kredit bisa sedikit di atas 20%,” ungkapnya. Kedua bankir itu berharap, BI membantu mendorong permintaan kredit dengan menurunkan suku bunga acuannya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie