JAKARTA. Roda ekonomi masih bergerak pelan di awal-awal tahun ini. Indikasi tersebut tecermin pula pada penyaluran kredit perbankan yang masih seret. Per Februari 2015, kucuran kredit 10 bank besar rata-rata hanya tumbuh 10,39%. Padahal pada periode sama tahun lalu, kredit bank sanggup melaju 18,77%. Alhasil, laba bank seturut menciut. Hitung punya hitung, rata-rata, laba 10 bank besar juga hanya bertumbuh 13,18% hingga Februari tahun ini. Jauh dari periode yang sama tahun lalu yang naik 29,56%.
Sebagai contoh, Bank Rakyat Indonesia (BRI). Merujuk data Bank Indonesia (BI), hingga Februari 2015, laba bank spesialis kredit mikro ini cuma tumbuh 4,45% menjadi Rp 3,93 triliun. Sebagai perbandingan, pada Februari 2014, laba bank pelat merah ini melesat 22,96% menjadi Rp 3,76 triliun. Penurunan laba tersebut memang terimbas penyaluran kredit BRI yang seret sepanjang dua bulan pertama tahun ini. Kredit BRI tumbuh 13,38%, lebih rendah dari pertumbuhan kredit periode sama tahun lalu yang sebesar 21,31%. Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, hingga kuartal I-2015, pertumbuhan kredit BRI tidak berubah signifikan. Menurut dia, penyaluran kredit sudah sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat. BRI pun memilih berhati-hati menyalurkan kredit. "Karena mempertimbangkan prospek usaha ke depan," kata Budi kepada KONTAN, Senin (20/4). Namun ada sisi positifnya. beban biaya dana alias cost of fund BRI turun, sehingga likuiditas bank kian longgar. Penyaluran kredit Bank Danamon malah cenderung stagnan. Akhir kuartal I-2015, Bank Danamon menyalurkan kredit total senilai Rp 104,58 triliun, naik tipis 1,06%, dari periode sama tahun 2014 senilai Rp 103,48 triliun. "Permintaan kredit kami di triwulan I–2015 memang belum pulih," ujar Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Bank Danamon. Laba Bank Danamon pun terpangkas 21% menjadi Rp 687 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Secara umum, prospek ekonomi yang muram bakal mempengaruhi bisnis bank tahun ini. Dodi Arifianto, ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memprediksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berkisar 5%-5,5%. Dengan asumsi ini, kredit perbankan kemungkinan hanya bertumbuh 12%-13% .
Selain kelesuan kredit, Dodi menambahkan, ada dua faktor lain yang membuat kinerja perbankan tahun ini tidak sebagus tahun lalu. Pertama, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) yang turun. "Dulu bank masih bisa dapat margin 6%. Sekarang ini, paling banter margin hanya 5%," ujar Dodi. Kedua, kenaikan rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL). Faktor ini berakibat laba bersih bank tergerus akibat beban pencadangan semakin besar. Menurut dia, saat ini menurunkan suku bunga acuan (BI rate) demi memacu pertumbuhan kredit bukan pilihan bagus, karena akan langsung menekan kurs rupiah. Kuncinya, belanja fiskal pemerintah bisa menjadi stimulus pengucuran kredit perbankan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto