Kredit Bermasalah Membaik Pada Juni, Perbankan Yakin NPL Bisa Ditekan di Akhir 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih mampu menjaga kualitas kredit di tengah tantangan ancaman perekonomian global yang semakin meningkat. Sejumlah bank besar optimistis rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) akan mengecil di penghujung tahun. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memantau fungsi intermediasi menunjukkan pertumbuhan sejalan dengan peningkatan perekonomian domestik. Perbankan telah menyalurkan pertumbuhan kredit hingga 10,66% yoy hingga Juni 2022. 

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyebut seiring dengan itu profil risiko lembaga jasa keuangan pada Juni 2022 terjaga. 

“NPL net perbankan tercatat sebesar 0,80% dan NPL gross di level 2,86% di paruh pertama 2022. Industri perbankan mencatatkan peningkatan rasio kepemilikan modal minimum atau capital adequacy ratio (CAR) menjadi sebesar 24,69%,” ujarnya pada Senin (1/8).

Baca Juga: Fokus Turunkan NPL Tahun Ini, Bank KB Bukopin Targetkan Profit di 2023

NPL gross itu membaik dibandingkan dengan posisi Juni 2021 di level 3,24% dan pada Desember 2021 di level 3,0%. 

Mahendra bilang OJK akan terus memperkuat koordinasi dengan para stakeholder dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan khususnya dalam mengantisipasi peningkatan risiko eksternal serta dampak rentetannya terhadap stabilitas sistem keuangan. 

PT Bank Central Asia Tbk berhasil mencatatkan kenaikan total kredit 13,8% year on year (yoy) menjadi Rp 675,4 triliun per semester I 2022. 

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan portofolio kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal. 

“Rasio loan at risk (LAR) turun ke 12,3% di semester I 2022, dibandingkan 19,1% di tahun sebelumnya. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) terjaga sebesar 2,2%, didukung relaksasi restrukturisasi,” ujar Jahja pekan lalu. 

Direktur Bank BCA Vera Eve Lim menambahkan pencadangan terhadap LAR sudah mencapai  47,9% di Juni 2022. Terus meningkat dibandingkan tahun sebelumnya di level 32%. Vera menilai pencadangan sudah lebih dari cukup untuk mengantisipasi LAR yang dimiliki bank swasta terbesar ini.  

“Untuk NPL turun dari 2,4% di Juni 2021 menjadi 2,2% per Juni 2022. Ini kita perkirakan NPL akan ada kisaran ini (2,2%). NPL ini kita sudah mendekati sebelum pandemi, ini adalah kabar yang mengembirakan seiring dengan perbaikan perekonomian. 

Merujuk laporan keuangan BCA semester I-2022 beberapa sektor mengalami perbaikan NPL, tambah di level 0,6%, konstruksi 0,7%, perdagangan 2,6%, dan manufaktur 4,5%. Lebih baik dibandingkan kuartal 1-2022 dimana sektor pertambahan mencatatkan NPL di level 4,2%, konstruksi di level 3,8%, manufaktur 4,9%, dan perdagangan 4,4%. 

Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara konsolidasi mencatatkan NPL di level 3,26% di paruh pertama 2022. Namun, secara bank only, NPL BRI naik dari 3,27% di Juni 2021 menjadi 3,32% di Juni 2022. 

Direktur Utama BRI Sunarso bilang menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif potensi pemburukan kredit. Tercermin dari NPL Coverage BRI mencapai 266,26% pada Juni 2022. Naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 252,59%. 

Dalam menjaga NPL, BRI menggunakan strategi  selective growth. BRI fokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak ekonomi, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.

Baca Juga: Perkuat Modal, Jurus Bank Tangkal Krisis

“Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” tuturnya.

BRI Group menargetkan pertumbuhan pembiayaan secara keseluruhan pada tahun ini bisa tumbuh di kisaran 9%-11% yoy. Ekspansi kredit yang dilakukan BRI diiringi dengan kehati-hatian, sebagai upaya menjaga NPL ditargetkan di level 2,8% hingga 3% di penghujung 2022.

PT Bank CIMB Niaga Tbk juga mencatatkan kenaikan NPL dari 3,2% di Juni 2021 menjadi 3,5% di Juni 2022. Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan menyatakan mayoritas berasal dari segmen komersial dan kredit yang direstrukturisasi. 

Ia memprediksi, NPL akan terus membaik di penghujung tahun sejalan dengan pertumbuhan portofolio kredit dan perbaikan yang terjadi secara kuartalan. 

PT Bank KB Bukopin Tbk juga mengalami pemburukan rasio kredit bermasalah NPL  gross dari 8,56% menjadi 9,89% di Juni 2022. Kendati demikian, Bukopin terus melakukan perbaikan dengan membentuk unit Special Aset management (SAM) yang akan fokus mengelola bad loan dengan melakukan collection secara intensif. 

Juga penyehatan melalui restrukturisasi, due payment date (DPD) management, percepatan penyelesaian melalui litigasi/non litigasi, AYDA dan write off.

Direktur Keuangan Bank KB Bukopin Seng Hyup Shin mengatakan, sesuai rencana bisnis tahun 2022, KB Bukopin berada pada fase pemulihan kondisi, khususnya dalam penyelesaian kredit bermasalah secepat mungkin.

Bank KB Bukopin tetap konsisten dalam pengembangan bisnis terutama pada segmen SME dan ritel, serta dukungan dari pengembangan digitalisasi TI maka dalam jangka menengah diharapkan pertumbuhan bisnis semakin menuju arah yang stabil untuk mencapai profitabilitas mulai tahun 2023. 

Bank KB Bukopin mulai merealisasikan tujuan untuk menjadi bank yang bebas dari bad loan dan menjadi clean bank. Hingga Juni 2022, BBKP telah melakukan transaksi penjualan NPL dan kredit berisiko atau loan at risk (LAR) sebanyak 180 debitur dengan nilai original principal balance (OPB) sebesar Rp 4,14 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi