KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan mulai mewaspadai penyaluran kredit ke properti, khususnya kredit rumah toko (ruko) atau rumah kantor. Seiring lesunya bisnis, rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) kredit bermasalah pada kredit ruko atau rukan menjulang tinggi , hampir mendekati angka 5%. Berdasarkan data NPL kredit ruko dan rukan bertengger di angka 4,65%. Khawatir dengan akibatnya di periode tersebut, penyaluran kredit properti kegiatan jasa ini hanya naik 1,46%. Kepala Divisi Konsumer Bank OCBC NISP Veronika Susanti mengatakan, NPL ruko lebih tinggi dibandingkan kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit pemilikan apartemen KPA. "NPL tertinggi terjadi untuk kredit ruko dan KPR refinancing. Ini dialami semua bank," katanya, kepada KONTAN, Rabu (11/7).
Kredit bermasalah untuk ruko melejit
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan mulai mewaspadai penyaluran kredit ke properti, khususnya kredit rumah toko (ruko) atau rumah kantor. Seiring lesunya bisnis, rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) kredit bermasalah pada kredit ruko atau rukan menjulang tinggi , hampir mendekati angka 5%. Berdasarkan data NPL kredit ruko dan rukan bertengger di angka 4,65%. Khawatir dengan akibatnya di periode tersebut, penyaluran kredit properti kegiatan jasa ini hanya naik 1,46%. Kepala Divisi Konsumer Bank OCBC NISP Veronika Susanti mengatakan, NPL ruko lebih tinggi dibandingkan kredit pemilikan rumah (KPR) maupun kredit pemilikan apartemen KPA. "NPL tertinggi terjadi untuk kredit ruko dan KPR refinancing. Ini dialami semua bank," katanya, kepada KONTAN, Rabu (11/7).