KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Bukopin Tbk pada kuartal III 2018 lalu mencatatkan penurunan penyaluran kredit sebesar 5,66%
year on year (yoy) menjadi Rp 66,97 triliun. Akibat penurunan kredit ini, aset perusahaan ikut menurun sebesar 18,06% yoy menjadi Rp 90,26 triliun. Direktur Keuangan Bukopin Rachmat Kaimuddin menyebut bila dirinci, sebagian besar kredit tersebut masih berada di sektor ritel yaitu UMKM sebanyak 43,39% dan konsumer 23,94%. Sementara sisanya masuk ke segmen komersial sebesar 32,67%.
Adapun, sektor kredit perusahaan terbesar berasal dari konstruksi (18.95%), jasa (18,07%) dan perdagangan (17,55%). Sementara sisanya atau lainnya masuk ke sektor transportasi, manufaktur, pertambangan, listrik, pertanian dan konsumsi (45,43%). Menurut Bukopin, melambatnya kredit di kuartal III 2018 ini merupakan imbas dari upaya perbaikan kualitas kredit yang dilakukan sepanjang tahun 2018. Memang, pihaknya bakal mengarahkan penyaluran kredit ke segmen yang lebih minim resiko alias aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) rendah. Nantinya, sektor ritel dan konsumer yang kini menyumbang 66%-67% dari total kredit Bukopin bakal semakin digenjot. Antara lain, proyeksinya ke depan Bukopin akan didorong ke level 75% sampai 85%, artinya segmen komersial bakal dijaga di kisaran 25% dari total kredit. "Kami memang ingin fokus ke konsumer dan UMKM yang di bawah Rp 5 miliar. Komposisinya mungkin konsumer dan ritel menjadi 75%-85% berarti komersialnya 20%-25%. Bukan berarti komersialnya diperkecil, tapi memang dua segmen lain yang diperbesar," ungkapnya di Jakarta, Selasa (16/10). Sebagai upaya perbaikan kualitas kredit, bank bersandi emiten BBKP ini secara kuartalan memang mencatatkan penurunan NPL gross dari 6,84% per Juni 2018 menjadi 5,62%. NPL net pun juga diturunkan secara kuartalan atau quater on quarter (QoQ) dari 4,39% menjadi 3,76%. Walau demikian, secara tahunan atau year on year (yoy) NPL Bukopin masih mencatatkan kenaikan dibandingkan periode September 2017. Tercatat pada kuartal III tahun lalu, NPL gross Bukopin berada di level 5,09% secara gross dan 3,61% secara net. Kendati demikian, manajemen menyatakan dari sisi coverage cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) terus meningkat menjadi 59,29%. Posisi tersebut meningkat drastis dari akhir Desember 2017 sebesar 35,01%.
"Kredit sebagian besar memiliki jaminan fixed asset dan memiliki nilai pasar cukup bagus," katanya. Paling tidak, sampai akhir tahun Bukopin menarget NPL akan berada di level 3,09% secara net dan 5% ke bawah secara gross. Hanya saja, dari sisi kredit Bukopin memang belum cukup kencang di sisa tiga bulan tahun ini. Paling tidak menurut Rachmat, setidaknya dalam tiga bulan terakhir Bukopin dapat menambah realisasi kredit sebesar Rp 1,5 triliun hingga Rp 2,5 triliun. Bila diasumsikan dengan pencapaian di bulan September 2018 sebesar Rp 66,97 triliun artinya target kredit Bukopin di 2018 ada di kisaran Rp 68,47 triliun sampai Rp 69,47 triliun. Masih lebih rendah dibandingkan pencapaian pada bulan Desember 2018 yang mencapai Rp 72,63 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Narita Indrastiti