JAKARTA. Masa pertumbuhan kredit kencang sepertinya akan berakhir tahun ini. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang melemahkan pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan kredit melambat. Berdasarkan kajian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), kenaikan harga BBM akan menciptakan pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,8%, menurun dari sebelumnya 6%. Pelemahan ini menyebabkan pertumbuhan kredit menurun dari 22% menjadi 20,5%.Penurunan ini juga membuat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) anjlok, menjadi 16,6% dari sebelumnya 17%. Per April penyaluran kredit perbankan sudah mencapai Rp 2.844,81 triliun dan DPK Rp 3.175 triliunKepala Eksekutif LPS, Mirza Adityaswara, mengatakan kenaikan harga BBM telah membuat daya beli masyarakat melemah dan dampaknya permintaan kredit turun. "Penurunan kredit hanya akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi, sehingga banyak perusahaan mikir-mikir melakukan ekspansi usaha bila tidak ada yang mengkonsumsi," ujarnya, pekan lalu.Presiden Direktur Bank Internasional Indonesia (BII), Dato' Khairussaleh Ramli, juga mengungkapkan hal sama. Tahun ini pertumbuhan kredit hanya 20% dari sebelumnya 22% - 23%. Pelemahan ini karena berkurangnya daya serap masyarakat pada kredit. Kondisi ini menyebabkan bank mengalihkan perhatian pada peningkatan pendapatan non-bunga.Pelambatan pertumbuhan kredit akan mempengaruhi laba perbankan. Dalam dua tahun terakhir bank selalu mengandalkan volume kredit dalam menjaga pertumbuhan kredit. "Kenaikan biaya dana akan memotong margin bank," tambah Khairussaleh.Meski diprediksi turun, beberapa bank mengaku tidak akan merevisi target kredit. Alasannya, mereka sudah mengantisipasi perlambatan ekonomi dan rencana kenaikan harga BBM, dengan mencantumkan target konservatif penyaluran kredit hanya tumbuh 19% -21%.Di Indonesia pertumbuhan ekonomi selalu menjadi pendorong pertumbuhan kredit. Dengan kata lain, jika perekonomian melemah, penyaluran kredit akan melambat. Sejatinya, pelambatan penyaluran kredit perbankan memang sudah terlihat pada April 2013. Ketika itu kredit hanya tumbuh 21,9% atau turun tipis dari pertumbuhan Maret yang mencapai 22,2%. Penurunan ini dipelopori pelambatan pada sektor industri jasa dunia usaha dan listrik.Perlambatan ini bisa dikompensasi melalui penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Maklum, pangsa kredit ini masih besar dan daya serapnya tinggi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kredit hanya tumbuh 20,5%
JAKARTA. Masa pertumbuhan kredit kencang sepertinya akan berakhir tahun ini. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang melemahkan pertumbuhan ekonomi sehingga pertumbuhan kredit melambat. Berdasarkan kajian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), kenaikan harga BBM akan menciptakan pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,8%, menurun dari sebelumnya 6%. Pelemahan ini menyebabkan pertumbuhan kredit menurun dari 22% menjadi 20,5%.Penurunan ini juga membuat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) anjlok, menjadi 16,6% dari sebelumnya 17%. Per April penyaluran kredit perbankan sudah mencapai Rp 2.844,81 triliun dan DPK Rp 3.175 triliunKepala Eksekutif LPS, Mirza Adityaswara, mengatakan kenaikan harga BBM telah membuat daya beli masyarakat melemah dan dampaknya permintaan kredit turun. "Penurunan kredit hanya akibat pelemahan pertumbuhan ekonomi, sehingga banyak perusahaan mikir-mikir melakukan ekspansi usaha bila tidak ada yang mengkonsumsi," ujarnya, pekan lalu.Presiden Direktur Bank Internasional Indonesia (BII), Dato' Khairussaleh Ramli, juga mengungkapkan hal sama. Tahun ini pertumbuhan kredit hanya 20% dari sebelumnya 22% - 23%. Pelemahan ini karena berkurangnya daya serap masyarakat pada kredit. Kondisi ini menyebabkan bank mengalihkan perhatian pada peningkatan pendapatan non-bunga.Pelambatan pertumbuhan kredit akan mempengaruhi laba perbankan. Dalam dua tahun terakhir bank selalu mengandalkan volume kredit dalam menjaga pertumbuhan kredit. "Kenaikan biaya dana akan memotong margin bank," tambah Khairussaleh.Meski diprediksi turun, beberapa bank mengaku tidak akan merevisi target kredit. Alasannya, mereka sudah mengantisipasi perlambatan ekonomi dan rencana kenaikan harga BBM, dengan mencantumkan target konservatif penyaluran kredit hanya tumbuh 19% -21%.Di Indonesia pertumbuhan ekonomi selalu menjadi pendorong pertumbuhan kredit. Dengan kata lain, jika perekonomian melemah, penyaluran kredit akan melambat. Sejatinya, pelambatan penyaluran kredit perbankan memang sudah terlihat pada April 2013. Ketika itu kredit hanya tumbuh 21,9% atau turun tipis dari pertumbuhan Maret yang mencapai 22,2%. Penurunan ini dipelopori pelambatan pada sektor industri jasa dunia usaha dan listrik.Perlambatan ini bisa dikompensasi melalui penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Maklum, pangsa kredit ini masih besar dan daya serapnya tinggi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News