KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat kredit hijau tumbuh dengan rata-rata 23% setiap tahun (CAGR) dengan nilai Rp 67,4 triliun pada kuartal I-2024, dibandingkan akhir Desember 2020 sebesar Rp 29,5 triliun. Penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2% dari keseluruhan
wholesale loan, sementara pada Desember 2020 porsinya baru sebesar 7,8%. "Salah satu bentuk penyaluran kredit hijau tersebut adalah pembiayaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) senilai Rp1,6 triliun," ujar Direktur Risk Management David Pirzada saat paparan kinerja perusahaan, Senin (29/4).
Baca Juga: Kuartal I-2024, Bank Negara Indonesia (BBNI) Kantongi Laba Rp 5,33 Triliun David mengatakan, sebagai bank milik negara yang menjadi motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, BNI terus berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan. Menurut David,
sustainability atau keberlanjutan telah menjadi jantung dari bisnis BNI. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan menetapkan target
Net Zero Emission (NZE) aktivitas operasional BNI pada 2028 dan pembiayaan pada tahun 2060.
BNI akan mendorong sejumlah inisiatif baik dari sisi operasional maupun pembiayaan. Di sisi lain, BNI berhasil mengoptimalkan penyaluran
green bond sebesar Rp 5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Baca Juga: Laba BNI Tumbuh di Kuartal I Terdorong Perbaikan Kualitas Aset Melalui penyaluran
green bond tersebut, BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam. BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan
Sustainability Linked Loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur.
Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp 4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri.
Baca Juga: Laba Bersih BNI Naik Menjadi Rp 5,33 T, UMKM & Konsumer Jadi Mesin Pertumbuhan Baru "Sebagai bukti pencapaian BNI dalam pengelolaan keuangan berkelanjutan, pada akhir Maret 2024 BNI juga berhasil mempertahankan Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli