KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kredit perbankan di segmen konsumsi tercatat melambat di April 2024 sekitar 10% secara tahunan (YoY) dari bulan sebelumnya di 10,1% YoY. Hal tersebut terjadi ketika laju pertumbuhan kredit perbankan secara total melesat di periode yang sama menjadi 12,3% YoY. Data Bank Indonesia (BI) mencatat Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi satu-satunya yang berkinerja baik untuk segmen kredit konsumsi di April 2024. Di mana, pertumbuhan KPR sekitar 14,2%, meskipun pertumbuhannya sama dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) mengalami perlambatan laju pertumbuhan yang signifikan. Dengan kucuran kredit senilai Rp 137,8 triliun, pertumbuhan KKB hanya sekitar 10,7% YoY, bulan sebelumnya bisa tumbuh 12,4%.
Baca Juga: Kucuran Kredit Perbankan Mulai Deras, Tumbuh 13,09% Per April 2024 Di sisi lain, kredit multiguna sejatinya masih menjadi penopang kredit konsumsi dengan dominasi kucuran kredit senilai Rp 1.174 triliun. Namun, laju pertumbuhan yang melambat tak terhindarkan bagi kredit multiguna yang hanya tumbuh 7,3% YoY, bulan sebelumnya tumbuh 7,4%. Kondisi tersebut sebelumnya sudah diprediksi oleh Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro yang mengungkapkan faktor daya beli masyarakat terlebih masyarakat kelas menengah ke bawah bisa menjadi tantangan yang perlu diperhatikan. Menurutnya, ada tanda-tanda faktor daya beli masyarakat yang turun sehingga berdampak pada kredit konsumer. Ia melihat pelemahan daya beli masyarakat terlihat di segmen kelas bawah dan menengah yang konsumsinya tergerus inflasi bahan pangan bergejolak yang sudah tembus 9,63% secara tahunan (year on year/YoY) per April 2024, jauh di atas angka inflasi umum 3%.
Baca Juga: Kredit Perbankan Tumbuh 13,09% Pada April 2024, Ini Sektor Pendorongnya Hal tersebut juga tercermin dari data Mandiri Spending Index per Mei 2024 yang menunjukkan kelas menengah angka indeks belanjanya turun ke level 122 dengan indeks tabungan yang juga merosot ke level 94,2 dari posisi Mei 2023 di level kisaran 100. Menurutnya, perbankan perlu memikirkan strategi-strategi khusus untuk menghadapi tantangan yang terakhir ini. Setidaknya, tantangan tersebut tidak berdampak lebih buruk bagi industri perbankan. ”Strategi utama yang perlu dilakukan perbankan adalah benar-benar melihat sektor mana yang memiliki potensi pertumbuhan yang baik sehingga mitigasi risiko juga bisa dilakukan dengan mudah,” ujarnya (14/5). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli