Kredit konsumsi tumbuh tinggi



JAKARTA. Kredit konsumsi (KK) masih menyumbang pertumbuhan paling tinggi dalam kredit perbankan. Hingga Agustus 2010, kredit konsumsi tumbuh 22,7% dibanding Agustus 2009, yaitu dari Rp 408,5 triliun menjadi Rp 501,2 triliun.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada periode yang sama kredit modal kerja (KMK) hanya tumbuh 20,1%, sedangkan kredit investasi naik 16,2%. Menurut Joni Swastanto, Direktur Perizinan dan Informasi Perbankan BI, kredit konsumsi tumbuh tinggi seiring permintaan dari nasabah. Namun, jika dilihat berdasarkan porsinya, kredit konsumsi masih di bawah KMK. "Porsi KMK paling besar, ini berarti perbankan kita cukup menunjukkan perannya di dunia usaha," kata Joni Senin (11/10).

Total kredit perbankan per Agustus 2010 mencapai Rp 1.640,40 triliun. Dari jumlah tersebut, KMK mencapai Rp 813,4 triliun atau 49,65% dari total kredit perbankan. Kredit investasi mencapai Rp 325,8 triliun atau 19,95% dari total kredit perbankan. Lalu, kredit konsumsi Rp 501,2 triliun atau 30,6% dari total kredit.


Porsi terbesar dari kredit konsumsi perbankan adalah kredit konsumsi lainnya, yaitu Rp 331,9 triliun atau 66,22%. Angka ini menanjak 36,80% dibanding posisi Agustus 2009 sebesar Rp 242, 6 triliun.

Pertumbuhan kredit konsumsi juga ditopang kredit pemilikan rumah (KPR) yang mencapai Rp 137,2 triliun, naik 4,2% dari periode sama 2009. Consumer Lending Head Bank CIMB Laksmi Mustikaningrat memperkirakan, hingga akhir 2010 KPR akan tumbuh setidaknya 20%-25%.

Direktur Konsumer OCBC NISP Rudy Hamdani menambahkan, kredit pemilikan kendaraan bermotor juga tumbuh tinggi. "Menurut saya, kredit kendaraan bermotor ini yang paling besar pertumbuhannya sehingga kredit konsumsi Agustus tahun ini tumbuh tinggi," ujarnya.

Henry Konaifi, Direktur Konsumer Bank Central Asia, menilai, kredit konsumsi melaju karena perekonomian Indonesia membaik. Alhasil, konsumsi masyarakat meningkat.

Ia menegaskan, kredit konsumsi seringkali dianggap sebagai kredit yang tidak produktif. "Kalau dilihat faktanya, mayoritas menggunakan kredit ini untuk membeli rumah, aset yang dipakai untuk usaha. Jadi, ada unsur investasi yang besar di situ," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test