Kredit Korporasi Bank KBMI 4 Tumbuh Double Digit, Siapa Jawaranya?



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penyaluran kredit korporasi bank KBMI 4 mencatatkan pertumbuhan dua digit sampai dengan akhir Kuartal III-2024. PT Bank  Mandiri Tbk (BMRI) menjadi jawara dengan mencetak pertumbuhan tertinggi di kelasnya.

Bank yang berfokus pada segmen wholesale banking ini mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi mencapai 29,4% yoy dengan nilai kredit sebesar Rp 581 triliun di akhir kuartal III-2024. 

Seiring dengan itu jumlah kredit korporasi yang jatuh menjadi NPL juga telah menyusut secara tahunan, dari Rp 3,62 triliun, menjadi Rp 2,26 triliun pada akhir Kuartal III-2024. Rasio NPL kredit korporasi juga membaik dari 0,81% menjadi 0,39% per September 2024.


Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Sigit Prastowo menyatakan, segmen korporasi tetap menjadi penyumbang portofolio kredit terbesar perseroan, dimana porsi segmen korporasi mencapai 36,51% dari total kredit Bank Mandiri di akhir Kuartal III-2024.

Sejalan dengan itu, Sigit menegaskan penyaluran kredit korporasi disalurkan ke sektor-sektor produktif.

"Dapat kami sampaikan, hampir seluruh jenis kredit segmen korporasi merupakan kredit produktif dengan komposisi yang seimbang antara kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI). Hal ini mencerminkan fokus Bank Mandiri dalam memberikan solusi finansial yang fleksibel dan relevan bagi pertumbuhan bisnis nasabah korporasi," ungkap Sigit kepada Kontan, Rabu (30/10).

Baca Juga: Moncer, Bank Mandiri (BMRI) Catat Laba Bersih Rp 42 Triliun per September 2024

Sigit menyebut kinerja yang baik ini merupakan hasil dari strategi by design, dimana salah satunya adalah fokus tumbuh di sektor-sektor prospektif dan resilien sesuai dengan guideline internal perseroan.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berada di urutan kedua dengan pertumbuhan kredit korporasi tertinggi setelah Bank Mandiri, yakni tumbuh sebesar 15,9% yoy mencapai Rp 395,9 triliun.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, pertumbuhan kredit korporasi yang tinggi tersebut kebanyakan disalurkan menunjang proyek hilirisasi di Indonesia, dengan mayoritas penyalurannya digunakan untuk pengembangan usaha.

Di sisi lain, porsi kredit korporasi yang jatuh menjadi menjadi kredit macet atau NPL (non performing loan), tercatat terus menyusut dari 45,8% dengan Rp 7,09 triliun per September 2023, menjadi sebesar 36,5% atau senilai Rp 6,57 triliun per September 2024. Meskipun memang secara total kredit BCA yang jatuh menjadi NPL naik secara tahunan dari Rp 15,5 triliun menjadi Rp 18 triliun per September 2024.

Sejalan dengan itu kabar kepailitin dari PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) juga turut menjadi salah satu yang menyumbang kredit bermasalah BCA, dengan nilai utang Sritex yang mencapai US$ 82,68 juta atau sekitar Rp 1,30 triliun (kurs Rp 15.755). Sementara kualitas kredit BCA tercatat stagnan di level 2,1% per September 2024, tidak berbeda dari periode yang sama tahun lalu.

Hera mengatakan, portofolio kredit yang direstrukturisasi terus mengalami perbaikan.  Hal ini tercermin dari menurunnya rasio loan at risk (LAR) mencapai 6,1% per September 2024, membaik dari tahun sebelumnya 7,9%.

"Kami berkomitmen menyalurkan kredit secara pruden, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dalam kerangka kerja manajemen risiko yang terintegrasi," ungkap Hera kepada Kontan, Selasa (29/10).

Baca Juga: Kunci di Balik Laba BCA Berhasil Tumbuh Dua Digit

Lebih lanjutnya, BCA senantiasa menyalurkan kredit ke sektor-sektor potensial dengan tetap memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kondisi perekonomian domestik, global serta potensi bisnis calon debitur.

Posisi ketiga ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi sebesar 15,7% yoy menjadi Rp 34,8 triliun pada akhir Kuartal III-2024. Sejalan dengan itu rasio NPL kredit korporasi terlihat membaik, dari 4,66% menjadi 2,52% per September 2024.

Sementara itu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan pertumbuhan kredit korporasi sebesar 15,1% YoY menjadi Rp409,2 triliun pada Kuartal III-2024. 

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, kinerja intermediasi yang tumbuh positif dan seimbang, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional yang semakin membaik. 

Di sisi lain, jika melihat laporan keuangan BNI, tercatat porsi kredit korporasi yang jatuh menjadi NPL meningkat dari 23% per September 2023, naik menjadi 30,1% per September 2024. Meski begitu secara keseluruhan, rasio NPL kredit BNI terjaga di level 2% per September 2024.

Sementara porsi kredit yang mengalami restrukturisasi juga meningkat dari 55,2% per September 2023, naik menjadi 61,9% per September 2024, meskipun dari total kredit yang restruck di BNI terlihat menyusut secara tahunan dari Rp 50,6 triliun menjadi Rp 36,4 triliun per September 2024.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham BBNI, Setelah Mencetak Kinerja Positif Kuartal III 2024

Terbaru mencuat kabar terkai dengan utang Sritex yang dinyatakan bangkrut, dimana perusahaan ini memiliki pinjaman utang di BNI mencapai US$ 23,81 juta atau setara dengan Rp 374,6 miliar. Meskipun pihak manajemen BNI telah menyatakan pernyataan resminya dimana perseroan masih memantau perkembangan dan koordinasi dengan pemerintah khususnya kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan

Mitigasi risiko akibat dampak pailit Sritex tersebut terhadap bank telah diantisipasi dengan penyediaan rasio pencadangan yang cukup kuat, sehingga hal tersebut akan terbatas mempengaruhi laba perseroan. Terbukti dari kualitas aset lebih baik dengan rasio Loan at Risk turun dari 14,4% menjadi 11,8% periode sembilan bulan hingga September 2024 YoY, begitupun NPL yang turun menjadi 2% dari 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kedepan, dengan melihat proyeksi pertumbuhan PDB yang membaik sesuai dengan visi dari pemerintah baru dengan memfokuskan pada sektor-sektor prioritas seperti hilirisasi, ketahanan energi dan pangan serta mendukung program perumahan, BNI optimis pertumbuhan kredit akan semakin baik di tahun 2025 mendatang. Sehingga di tahun 2025 BNI memproyeksikan pertumbuhan kredit lebih baik dibanding tahun 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih