JAKARTA. Sejumlah bank asing menghadapi kenaikan kredit macet pada kuartal I 2010 ini. Kredit macet yang didominasi oleh kartu kredit itu memaksa bank melakukan write off (hapus buku). Berdasarkan pengamatan KONTAN terhadap publikasi kinerja kuartal I 2010, kredit macet di The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC) Indonesia mencapai Rp 2,93 triliun atau naik tiga kali lipat dibanding kuartal I 2009 sebesar Rp 682,77 miliar.
Kredit macet ini berasal dari debitur non usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Porsinya: sebesar 90% adalah kredit macet dari kartu kredit dan sisanya kredit tanpa agunan (KTA). Kredit macet ini mengakibatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) HSBC menanjak dari Rp 1,68 triliun menjadi Rp 3,58 triliun. Wawan Salum, Direktur Marketing HSBC Indonesia, menerangkan, total kredit macet tersebut merupakan akumulasi sejak 2006. Namun, "Sejak April 2010, HSBC telah menghapusbukukan (written off) NPL, sehingga turun menjadi Rp 610 miliar dan mengembalikan rasio NPL ke 3,17%," katanya kepada KONTAN, Selasa (1/6). Sebenarnya, bank ketiga terbesar di segmen kartu kredit ini sudah menerapkan sistem write off otomatis bagi kredit yang macet 180 hari. Namun, untuk keperluan teknis, HSBC baru menghapusbukukan akumulasi kredit macet pada April 2010. "Itu semata-mata untuk keperluan pembukuan HSBC," tegas Wawan. Nilai write off pun bukan Rp 2,9 triliun tetapi Rp 2 triliun lantaran ada recovery.
Selain HSBC Indonesia, laporan keuangan Stanchart juga menunjukkan ada lonjakan kredit macet debitur non UMKM dari Rp 2,39 miliar pada kuartal I 2009 menjadi Rp 977,16 miliar pada kuartal I 2010. Country Head Consumer Banking Stanchart Lani Darmawan mengatakan, ia tidak mengetahui penyebab kenaikan kredit macet dari debitur non UMKM tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa