JAKARTA. Lolos dari likuiditas ketat di tahun lalu, kali ini perbankan menghadapi dua tantangan berat sekaligus. Yakni, perlambatan ekonomi sekaligus kenaikan rasio kredit macet atawa non performing loan (NPL). Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengakui, tekanan kredit macet sudah terasa sejak awal tahun ini. Atas dasar itulah, regulator perbankan ini rutin menggelar pertemuan dengan para bankir. Inti pertemuan, OJK meminta bankir mengantisipasi risiko kredit agar tidak terjadi pembengkakan lebih lanjut. "Bank sudah mengantisipasi dengan menaikan provisi," kata Irwan, kemarin. OJK memproyeksikan, NPL perbankan berpotensi naik sebesar 0,12% di sepanjang tahun ini. Per Februari 2015, NPL gross perbankan sudah menyentuh level 2,42%, naik dari posisi 2,16% di Desember 2014. Irwan bilang, OJK mulai was-was jika rasio NPL nett sudah bergerak mencapai level 2%. Menurut dia, penyebab utama kenaikan NPL adalah perlambatan ekonomi yang menyebabkan pendapatan masyarakat menurun. Hal itu merembet terhadap pelemahan konsumsi dan kemampuan debitur menunaikan kewajiban cicilan kepada bank. Kemudian, dari sisi eksternal, kredit macet disumbang oleh penurunan permintaan dan harga komoditas.
Kredit macet bank sudah lampu kuning
JAKARTA. Lolos dari likuiditas ketat di tahun lalu, kali ini perbankan menghadapi dua tantangan berat sekaligus. Yakni, perlambatan ekonomi sekaligus kenaikan rasio kredit macet atawa non performing loan (NPL). Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengakui, tekanan kredit macet sudah terasa sejak awal tahun ini. Atas dasar itulah, regulator perbankan ini rutin menggelar pertemuan dengan para bankir. Inti pertemuan, OJK meminta bankir mengantisipasi risiko kredit agar tidak terjadi pembengkakan lebih lanjut. "Bank sudah mengantisipasi dengan menaikan provisi," kata Irwan, kemarin. OJK memproyeksikan, NPL perbankan berpotensi naik sebesar 0,12% di sepanjang tahun ini. Per Februari 2015, NPL gross perbankan sudah menyentuh level 2,42%, naik dari posisi 2,16% di Desember 2014. Irwan bilang, OJK mulai was-was jika rasio NPL nett sudah bergerak mencapai level 2%. Menurut dia, penyebab utama kenaikan NPL adalah perlambatan ekonomi yang menyebabkan pendapatan masyarakat menurun. Hal itu merembet terhadap pelemahan konsumsi dan kemampuan debitur menunaikan kewajiban cicilan kepada bank. Kemudian, dari sisi eksternal, kredit macet disumbang oleh penurunan permintaan dan harga komoditas.