Kredit macet di multifinance mulai menyusut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) di multifinance berangsur menyusut di tengah pandemi. Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NPF multifinance sempat mencapai rekor tertinggi di level 5,6% pada Juli 2020.

Namun kualitas pembiayaan multifinance mulai membaik sejak Agustus 2020 dan turun menjadi 5,23%. Penurunan NPF ini terus terjadi menjadi 4,93% di September 2020. Perbaikan NPF juga dirasakan oleh berbagai perusahaan pembiayaan.

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk juga mengakui terjadi perbaikan NPF yang sempat menyentuh level tertinggi. Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli menyatakan saat ini NPF Adira kembali normal dan akan menjaga di posisi 2%.


“Pada kuartal III-2020, Adira telah menjaga rasio pembiayaan macet berada di level 1,8% dibandingkan kuartal II-2020 sebesar 3,1%. Adira juga telah merestrukturisasi 812.000 kontrak senilai Rp 18,6 triliun. Jumlah nilai restrukturisasi mulai melambat sejak Juli 2020,” ujar Hafid pada Selasa (3/11).

Baca Juga: Bukan restrukturisasi, ini penyebab membaiknya kualitas pembiayaan BCA Finance

PT Mandiri Tunas Finance (MTF) juga berhasil menekan NPF dari 3,37% per Agustus 2020 menjadi 2,54% pada September 2020. Direktur MTF Harjanto Tjitohardjojo menyatakan, perbaikan NPF lantaran perusahaan telah menerapkan beberapa strategi termasuk dampak dari program restrukturisasi.

Selain itu, pembiayaan baru juga mulai tumbuh bertahap dengan kualitas yang baik.

“MTF juga melakukan monitor ketat untuk nasabah yang tidak mengajukan restrukturisasi. Selain itu, sebanyak 90% pembayaran angsuran kembali oleh nasabah yang telah selesai masa restrukturisasinya,” jelas Harjanto kepada Kontan.co.id pada Rabu (4/11).

Adapun sektor terberat kualitas pembiayaan anak perusahaan Bank Mandiri ini ada pada pembiayaan korporasi. Terutama terkait Industri pariwisata, transportasi atau rental, kendaraan antar kota, dan sektor pertambangan.

Hingga akhir tahun, MTF menargetkan dapat menekan NPF di posisi 1,2%. Guna mencapai target itu, MTF akan meningkatkan pembiayaan baru yang berkualitas. Targetnya, setiap bulan ada pembiayaan baru mimimal Rp 1,3 triliun.

“Melakukan reminder ketat kepada nasabah untuk membayar angsuran. Melakukan tele call dan visit untuk nasabah yang restrukturisasinya akan berakhir,” tambah Harjanto.

Selain itu, MTF juga melakukan eksekusi atau penarikan bagi nasabah yang memang tidak dapat meneruskan pembiayaannya. Juga mencari alternatif penyelesaian bagi nasabah yang koordinatif dan masih punya prospek bisnis kedepannya.

MTF telah melakukan restrukturisasi sebesar Rp13,7 triliun dengan jumlah debitur 70,652 orang per September 2020. Jumlah debitur yang direstrukturisasi tersebut lebih dari 30 persen dari total debitur perusahaan.

Sebagai tindak lanjut dari restrukturisasi, MTF melakukan monitoring pembayaran secara intensif. Selama periode Juni - September 2020, sekitar 95% debitur melakukan pembayaran sesuai jadwal, hal ini menunjukkan bahwa restrukturisasi berjalan dengan baik.

MTF telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp12,3 triliun per kuartal ketiga 2020. Pembiayaan baru tersebut terutama diberikan pada segmen mobil baru sebesar 74,1% atau sebesar Rp9,1 triliun.

Baca Juga: Program restrukturisasi kredit diperpanjang, begini efeknya ke laba multifinance

Editor: Khomarul Hidayat