Kredit macet menekan laba perbankan



JAKARTA. Saat permintaan kredit masih melambat, perbankan tambah dipusingkan oleh persoalan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). NPL yang terus menanjak, menyebabkan pertumbuhan perbankan di semester I-2016 tertekan akibat alokasi biaya pencadangan yang masih besar.

Semisal Bank Mandiri yang mencetak penurunan laba sebanyak 28,7% di semester pertama 2016. Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri bilang, hingga medio 2016 laba Bank Mandiri mencapai Rp 7,1 triliun, turun dari sebelumnya Rp 9,9 triliun.

Rohan tak mengungkap besaran kenaikan kredit Bank Mandiri. Dia hanya bilang, segmen kredit mikro tumbuh paling tinggi dari segmen lainnya, di level 15,9% menjadi Rp 46 triliun. Namun kinerja tertekan lantaran NPL Bank Mandiri meningkat dari 2,34% menjadi 3,86%. Akibatnya, biaya pencadangan (provisi) melonjak dari Rp 4 triliun menjadi Rp 9,9 triliun.


Mengendalikan NPL

Demi mengendalikan NPL, kata Rohan, Bank Mandiri merevisi target pertumbuhan kredit dari semula 13%-14% menjadi 10%. "Kami fokus membenahi kredit macet agar bisa ditahan di level 3%-3,5% sampai akhir tahun," jelas Rohan, Selasa (26/7).

Bank Danamon Indonesia Tbk juga memiliki persoalan serupa. NPL emiten berkode saham BDMN ini naik tipis 40 bps menjadi 3,3%. Namun, Bank Danamon masih mencetak pertumbuhan laba 38% menjadi Rp 1,73 triliun di semester I-2016, kendati kredit turun 8%. "Kami berusaha lebih efisien," kata Vera Eve Lim Direktur Keuangan Bank Danamon.

Salah satu indikator efisiensi berupa penurunan beban operasional sebesar 9%. Dus, rasio biaya terhadap pendapatan Bank Danamon turun 620 bps menjadi 48,5%. Pun coverage ratio Bank Danamon juga turun dari 110,6% menjadi 107,8%.

Laba Bank Danamon juga terkerek pertumbuhan fee based income sebesar 11% menjadi Rp 1,2 triliun. Salah satu penyumbangnya adalah bisnis cash menagement.

Sementara Bank OCBC NISP Tbk mampu menjaga NPL kotor di level 1,4% pada paruh pertama 2016, sama seperti tahun sebelumnya. Kreditnya bisa tumbuh 16% menjadi Rp 86,2 triliun mampu menopang kenaikan laba bersih OCBC NISP sebesar 24% menjadi Rp 914 miliar.

"Kinerja positif, berbagai inisiatif dan pengembangan aneka produk, cerminan kami fokus melayani nasabah," kata Direktur Utama OCBC NISP Parwati Surjaudaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini