KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak pihak berharap kredit bermasalah atau
non performing loan (NPL) tahun 2018 akan melandai. Salah satu penopangnya adalah pertumbuhan kredit yang cukup tinggi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri menyebut target pertumbuhan kredit sesuai rencana bisnis bank (RBB) tahun 2018 mencapai 12,2%. Kondisi ini ditopang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang diprediksi mencapai 11,16%. Dalam sambutannya pada pertemuan tahunan industri jasa keuangan Kamis (18/1) pekan lalu, Wimboh Santoso Ketua Komisioner OJK menyatakan, risiko kredit saat ini terkendali. Ini terlihat dari NPL gross di level 2,59% dan NPL net 1,11%. Tren NPL pun cenderung terus menurun.
Pandangan serupa juga datang dari tim riset Grup Mandiri. Lewat riset awal tahun 2018 dalam EconMark: Outlook 2018. Tim riset Grup Mandiri menulis, tren perbaikan NPL terlihat dari penurunan NPL 12 bank yang masuk dalam risetnya. Hingga September 2017, rata-rata NPL-nya turun menjadi 2,98% dibanding periode yang sama tahun 2016 yang sebesar 3,1%. Penunjang perbaikan NPL tahun ini, lanjut riset tersebut, ditopang oleh proyek infrastruktur, kredit usaha rakyat (KUR), dan kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Adapun dari sektor swasta, pendorongnya bersumber dari pemulihan harga komoditas. Faktor penopang pertumbuhan kredit juga datang dari rendahnya suku bunga kredit. Catatan OJK, sepanjang tahun 2017, suku bunga kredit telah turun 77 bps. Hal tersebut akibat penurunan suku bunga deposito yang sebanyak 65 bps. Namun tim riset Grup Mandiri mengingatkan, ada risiko tersembunyi yang harus mendapat perhatian dari industri perbankan. Hal ini terkait tren peningkatan kredit yang berstatus dalam pengawasan khusus (
special mention) dan skema restrukturisasi (
restructuring scheme). Tahun ini, NPL pada segmen perdagangan grosir dan eceran (
wholesale and retail trade) serta pertambangan, diprediksi masih akan tinggi. Hingga September 2017, kedua sektor itu menyumbang NPL masing-masing sebesar 4,4% dan 8,1%. Sektor komoditas Terkait membaiknya harga komoditas, Darwin Wibowo, Direktur
Wholesale Bank Permata mengakui, ada perbaikan kinerja dari nasabah khususnya sektor batubara. "Ada dampak positif untuk nasabah yang sebelumnya kesulitan," kata Darwin kepada KONTAN, Senin (22/1). Darwin menyatakan, pihaknya akan terus mencari peluang yang baik di sektor pertambangan.
Sementara Putrama Wahju Setyawan, Direktur Bisnis Menengah Bank Negara Indonesia (BNI) menyebutkan, restrukturisasi kredit tahun ini diproyeksi mengalami penurunan. "Kami akan menjaga kualitas kredit tahun ini, dengan tetap menjaga risiko dan strategi manajemen portofolio," ujar Putrama. Menurut Putrama sektor yang berkontribusi terbesar NPL adalah perdagangan, restoran dan hotel. Adapun kenaikan harga komoditas, menurut Putrama, akan menyebabkan NPL sektor ini mengalami perbaikan. Pada 2017, rasio NPL turun menjadi 2,8% dari sebelumnya 3,2%. Terkait peningkatan risiko kredit sektor ritel, Grup Mandiri menyebut ini terjadi karean penurunan pendapatan riil masyarakat, terutama sejak pemerintah menaikkan tarif listrik awal 2017 silam. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati