JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) menghadapi masalah serius dalam penyaluran kredit ke sektor usaha kecil. Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) di kredit mikro bank ini menembus 18% di semester I tahun ini. Peningkatan rasio kredit macet ini diiringi dengan penurunan penyaluran kredit. perusahaan. Menurut Ita Garmetia, Pemimpin Divisi Mikro BJB, oustanding kredit mikro BJB Rp 5,1 triliun per Juni, turun 3,77% dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp 5,3 triliun. “Ini disebabkan kami adalah pemain baru dalam bisnis mikro. Kami baru mulai menyalurkan kredit mikro di tahun 2011. Itupun penyaluran kredit mikro secara ekspansif baru benar-benar dilakukan pada tahun 2012. Sehingga masih banyak kekurangan yang kami miliki,” kata Ita saat dihubungi KONTAN, Senin (14/7).Kekurangan utama adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengawasi dan melakukan analisis risiko dalam penyaluran kredit mikro. Akibatnya banyak proses penyaluran kredit mikro kepada sejumlah debitur yang di kemudian hari terbukti menuai masalah. “Ini yang membuat tingkat NPL kami kini menjadi tinggi,” ujar Ita.Namun Ita optimistis, seiring berjalannya waktu, Bank BJB akan terus belajar untuk memperbaiki kekurangan dalam penyaluran kredit mikro. Terutama rekrutmen dan pelatihan kualitas SDM tenaga pengawas kredit mikro terus dilakukan secara bertahap. “Kami berharap NPL kredit mikro kami bisa turun sampai 12% di akhir tahun ini,” pungkas Ita.Berdasarkan laporan keuangan BJB semester I-2013, NPL kredit mikro Bank BJB sudah mencapai 6,9%. Adapun oustanding kredit mikro yang dikucurkan BJB di semester I tahun lalu sebesar Rp 5,15 triliun, tumbuh 51,9% dibanding semester I-2012 sebesar Rp 3,63 triliun.
Kredit macet sektor mikro Bank BJB tembus 18%
JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) menghadapi masalah serius dalam penyaluran kredit ke sektor usaha kecil. Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) di kredit mikro bank ini menembus 18% di semester I tahun ini. Peningkatan rasio kredit macet ini diiringi dengan penurunan penyaluran kredit. perusahaan. Menurut Ita Garmetia, Pemimpin Divisi Mikro BJB, oustanding kredit mikro BJB Rp 5,1 triliun per Juni, turun 3,77% dari akhir tahun lalu yang sebesar Rp 5,3 triliun. “Ini disebabkan kami adalah pemain baru dalam bisnis mikro. Kami baru mulai menyalurkan kredit mikro di tahun 2011. Itupun penyaluran kredit mikro secara ekspansif baru benar-benar dilakukan pada tahun 2012. Sehingga masih banyak kekurangan yang kami miliki,” kata Ita saat dihubungi KONTAN, Senin (14/7).Kekurangan utama adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengawasi dan melakukan analisis risiko dalam penyaluran kredit mikro. Akibatnya banyak proses penyaluran kredit mikro kepada sejumlah debitur yang di kemudian hari terbukti menuai masalah. “Ini yang membuat tingkat NPL kami kini menjadi tinggi,” ujar Ita.Namun Ita optimistis, seiring berjalannya waktu, Bank BJB akan terus belajar untuk memperbaiki kekurangan dalam penyaluran kredit mikro. Terutama rekrutmen dan pelatihan kualitas SDM tenaga pengawas kredit mikro terus dilakukan secara bertahap. “Kami berharap NPL kredit mikro kami bisa turun sampai 12% di akhir tahun ini,” pungkas Ita.Berdasarkan laporan keuangan BJB semester I-2013, NPL kredit mikro Bank BJB sudah mencapai 6,9%. Adapun oustanding kredit mikro yang dikucurkan BJB di semester I tahun lalu sebesar Rp 5,15 triliun, tumbuh 51,9% dibanding semester I-2012 sebesar Rp 3,63 triliun.