Kredit macet turun, laba BMRI naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan kredit dari sektor korporasi dan konsumer berhasil membuat kinerja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di kuartal III-2017 melesat. Hingga akhir September lalu, total penyaluran kredit bank pelat merah ini naik 9,8% menjadi Rp 686,15 triliun.

Porsi terbesar datang dari kredit korporasi, yang mencapai Rp 236,1 triliun atau meningkat 11,7%. Sementara kredit pada sektor konsumer melesat 20,6% menjadi Rp 95,2 triliun. Penyaluran kredit mikro mencatatkan kenaikan tertinggi, yakni 20,1% menjadi sebesar Rp 57 triliun.

Analis Bahana Sekuritas Henry Wibowo, dalam laporan yang dirilis Rabu (25/10), menjelaskan, pertumbuhan kredit korporasi Bank Mandiri di sembilan bulan pertama tahun ini ditopang oleh kenaikan pinjaman dari badan usaha milik negara (BUMN). Bahkan sumbangannya mencapai 34% dari kredit BMRI. 


Bank Mandiri pun berhasil melakukan bersih-bersih kredit macet pada kredit menengah dan komersial. Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perusahaan ikut turun. Per kuartal III-2017, rasio NPL gross turun 0,06% menjadi 3,75%. Sedang NPL net terkikis 0,23% menjadi 1,04% di 30 September lalu. 

Memang, porsi NPL gross tersebut masih belum sesuai target yang diincar manajemen bank pelat merah ini. Sebelumnya, Direktur Utama BMRI Kartika Wirjoatmodjo optimistis, Mandiri dapat menekan NPL ke arah 3,5%.

Meski begitu, keberhasilan bank pelat merah ini menurunkan NPL membuat pencadangan juga ikut berkurang. Selain itu, perusahaan ini juga berhasil melakukan efisiensi.Alhasil, bank berkode saham BMRI ini meraih laba bersih Rp 15,07 triliun, atau naik 25,4% dibandingkan laba di kuartal III-2016. 

Cuma manajemen BMRI masih harus berhati-hati. Bank ini juga masih mencatatkan indikator kredit perhatian khusus (special mention). Hal ini bakal membebani kas BMRI, terutama untuk tunggakan kredit yang melebihi 30 hari.

"Kalau ini masih tinggi, tahun depan NPL-nya bisa meningkat lagi karena pipelinenya bakal terpenuhi," jelas Analis Kresna Sekuritas Daniel Panggabean. Ia memprediksi, NPL BMRI pada akhir tahun bisa mencapai 3,7%. 

NIM landai

Walau memiliki kinerja mentereng, BMRI juga perlu mewaspadai posisi margin bunga bersih atawa net interest margin (NIM). Hingga September, NIM perbankan pelat merah ini sudah terkoreksi 30 basis poin menjadi 5,9% secara year on year

Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan mengatakan, penurunan NIM BMRI masih tergolong rendah dan cenderung flat bila dilihat secara year to date. Sebenarnya, secara rasio NIM perbankan Indonesia tercatat sebesar 5,32%. 

Artinya NIM Bank Mandiri masih lebih tinggi. "Ini terjadi karena Bank Indonesia sudah dua kali memangkas suku bunga," tambah Erni. 

Ia pun yakin, NIM Bank Mandiri akan landai sepanjang tahun ini seiring dengan turunnya biaya guna mengimbangi penurunan yield. Untuk mengatasi ini, BMRI bakal menggenjot pendapatan berbasis komisi atau fee based income

Maklum, pos ini mampu tumbuh lebih tinggi dibanding pendapatan bunga bersih alias net interest income. Pada kuartal III-2017, fee based income BMRI tumbuh 18,4% menjadi Rp 16,84 triliun. 

Namun Erni masih optimistis net interest income BMRI di akhir tahun bisa mencapai Rp 53,27 triliun, dengan laba bersih bertambah menjadi sebesar Rp 20,42 triliun. Karena itu, Erni masih merekomendasikan buy saham Bank Mandiri, dengan target harga Rp 8.000 per saham. 

Serupa, Hendy pun masih mempertahankan rekomendasi buy untuk BMRI dengan target harga Rp 8.125 per saham. Sementara Daniel mengerek rekomendasi BMRI dari hold menjadi buy. Ia mematok target harga di Rp 7.675 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati