Kredit menengah & korporasi BRI turun



JAKARTA. Lonjakan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kredit menengah mendorong PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memperlambat pertumbuhan kredit sektorini. Selama kuartal I-2012, kredit menengah susut 3,9% menjadi Rp 13,29 triliun dari periode yang sama tahun lalu (yoy).

Direktur Komersil BRI, Sulaiman Arif Arianto, menjelaskan, perseroan sengaja mengerem penyaluran dana karena ingin memperbaiki kualitas kredit. Jika pada periode lalu NPL kredit menengah mencapai 5%, per Maret 2012 sudah turun menjadi 3,7%. "NPL muncul karena usaha dan bisnis debitur tidak berjalan dengan baik," kata Sulaiman, Jumat (27/4).

Kredit menengah memiliki plafon pinjaman dari Rp 5 miliar- Rp 50 miliar. Sebagian besar debitur bermasalah BRI adalah pelaku usaha industri menengah dan manufaktur.BRI juga mengerem kredit korporasi. Kredit sektor ini turun 2,6% menjadi Rp 24,37 triliun. Ini karena BRI mengurangi pemberian pinjaman ke korporasi non BUMN.


Manajemen menilai perusahaan non BUMN kurang mendorong pertumbuhan kredit pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). BRI akan memberikan kredit kepada perusahaan non BUMN sepanjang mereka menggerakkan UMKM, seperti sektor agribisnis, perikanan, dan kelapa sawit dengan pola inti plasma.

Pada tiga bulan pertama 2012 ini, kredit BRI ke perusahaan BUMN tumbuh 80% menjadi Rp 36,14 triliun dari sebelumnya Rp 20,96 triliun. Adapun, rasio NPL kredit BUMN tercatat 0%, sedangkan NPL non BUMN sebesar 1%. "Kredit korporasi itu hanya penyeimbang atau buffer dari bisnis inti kami yakni kredit mikro," tambahnya.

Kemarin (27/4), BRI memberikan tambahan kredit modal kerja dan investasi senilai Rp 324,1 miliar ke PT Petrokimia Gresik. Jika dihitung dengan kredit sebelumnya, BRI telah menggelontorkan dana ke BUMN tersebut senilai Rp 1,5 triliun

Direktur Keuangan BRI, Ahmad Baiquni, mengatakan, perseroan akan memperkuat pertumbuhan kredit dengan memperbesar kredit mikro. Komposisi kredit mikro kini naik menjadi 32,42% dari sebelumnya 31,72%. Outstandingnya mencapai Rp 91,78 triliun atau naik 15% dari sebelumnya Rp 110,28 triliun. "Bisnis inti kami kredit mikro," kata Baiquni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can