Kredit Menganggur Perbankan Menumpuk, Ini Pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat menjadi penyebab para debitur belum menarik fasilitas kreditnya di perbankan. Alhasil kredit menganggur atau undisbursed loan makin menumpuk di awal semester II-2024.

Pada bulan Juni lalu, jika melihat data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tercatat total undisbursed loan atau fasilitas kredit bank umum yang belum ditarik oleh debitur mencapai Rp 2.152,19 triliun per Juni 2024, naik 7,79% secara tahunan (year on year/yoy) dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1.996,56 triliun.

Dalam rinciannya, berdasarkan kelompok bank (KBMI), kredit menganggur di KBMI 3 mencatat kenaikan tertinggi di antara kelompok bank lainnya, yang naik hingga 15,68% yoy menjadi Rp 853,28 triliun per Juni 2024, dari periode tahun lalu yang sebesar Rp 737,62 triliun.


Baca Juga: Deflasi 4 Bulan Beruntun, Indef Desak BI Turunkan Suku Bunga

Selanjutnya, bank di KBMI 4 mencatat kenaikan kredit menganggur tumbuh 4,97% yoy menjadi Rp 794,72 triliun, dari periode tahun lalu sebesar Rp 757,12 triliun. Adapun kredit menganggur di KBMI 2 tercatat naik 2,43% yoy menjadi Rp 384,91 triliun, dari periode tahun lalu sebesar Rp 375,77 triliun.

Sementara yang mengalami penurunan hanya bank di KBMI 1, dimana kredit menganggur turun 5,4% yoy menjadi Rp 119,28 triliun per Juni 2024, dari Rp 126,11 triliun pada periode tahun lalu.

Sementara itu, bankir menilai, banyak factor yang menyebabkan para debitur menahan untuk menarik dan menggunakan fasilitas kreditnya dari perbankan. 

Direktur Utama Bank bjb, Yuddy Renaladi menjelaskan, beberapa hal tersebut di antaranya, dimana dunia usaha berhati-hati dalam menggunakan fasilitas yang dimilikinya di perbankan, termasuk dengan memperhatikan perkembangan daya beli masyarakat, perekonomian, juga kondisi ekonomi dari negara-negara mitra usaha.

Meski demikian, Yuddy mengatakan, masih ada potensi penyaluran yang dinilai cukup baik untuk para pelaku usaha, sehingga perbankan memproyeksikan danya kebutuhan fasilitas kredit ke depan.

Baca Juga: OJK Ungkap Dampak Positif Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bagi Perbankan

Berdasarkan laporan keuangan bulanan bjb per Juli 2024, total kredit yang belum ditarik debitur mencapai Rp 8,77 triliun. Jumlah ini mengalami kenaikan 30,98% yoy dari periode tahun lalu yang sebesar Rp 6,7 triliun.

Sementara itu, penyaluran kredit bjb tumbuh 7,83% yoy mencapai Rp 121,83 triliun per Juli 2024, naik dibandingkan Rp 112,99 triliun pada periode tahun lalu.                            

"Tahun ini kami memproyeksikan kredit masih tumbuh dengan positif, yang sampai dengan juli tumbuh 7,8% yoy meski dibandingkan dengan tahun lalu pertumbuhannya relatif lebih landai karena kami mengambil langkah konservatif mengamati daripada risiko yang ada serta selektif pada sektor sektor yang berpotensi," ungkap Yuddy kepada Kontan, Jumat (13/9).

Di sisi lain, EVP Corporate and Social Responsibility Bank Central Asia (BCA) , Hera F Haryn mengatakan, meski fasilitas kredit yang belum ditarik meningkat, namun pihaknya melihat potensi pertumbuhan kredit kedepan masih terbuka lebar. 

Baca Juga: Tahun Depan Subsidi Bunga KUR Berkurang, Cek Cara & Syarat Pengajuan KUR BRI 2024

"Kami melihat sektor-sektor seperti telekomunikasi, jasa keuangan, komoditas/energi, hingga kredit konsumen memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan total kredit ke depan," ungkap Hera kepada Kontan.

Adapun di BCA, total undisbursed loan tercatat mencapai Rp 408,6 triliun per Juli 2024, naik 12,74% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 362,422 triliun 

Sementara itu, total kredit yang disalurkan BCA secara bank only naik 14,5% YoY menjadi Rp 832,3 triliun per Juli 2024. Hera menyebut kenaikan ini ditopang meningkatnya pembiayaan di semua segmen, seperti UKM, Korporasi, hingga kredit konsumer.

Baca Juga: Rasio Kredit Macet Properti Merangkak Naik, Bayangi Industri Perbankan

"Mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dan inflasi yang terkendali, serta ditopang oleh likuiditas BCA yang memadai, kami optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli