KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan bunga bersih atau net interst income (NII) perbankan meningkat sejalan dengan ekspansi kredit yang semakin berjalan baik. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya, per kuartal III/2022 mencatatkan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) secara konsolidasi meningkat 16,33% year on year (yoy) menjadi Rp 96,5 triliun dari sebelumnya Rp 82,95 triliun. Adapun pendapatan bunga BRI naik 9,19% menjadi Rp 115,25 triliun di kuartal III 2022. Di saat yang sama, beban bunga menyusut menjadi Rp 18,74 triliun per September 2022 dari sebelumnya Rp 22,58 triliun.
Bank Mandiri juga mencatat NII tumbuh 20% yoyo menjadi Rp 63,98 triliun pada kuartal III/2022. Total pendapatan bunga bank ini mencapai Rp 81,25 triliun atau naik 12,44% yoy dan beban bunganya Rp 17,27 triliun atau turun 8,8%. Sementara kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tercatat sampai dengan akhir September 2022 tumbuh 14,28% secara yoy menjadi Rp 1.167,51 triliun.
Baca Juga: Menekan Biaya Dana, Bank BTN Tingkatkan Margin dan Kinerja Tak kalah, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga mencatatkan NII secara bank only tumbuh 31,84% pada kuartal III/2022 menjadi Rp 11,54 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 8,75 triliun. Adapun kredit BTN tercatat Rp 289,6 triliun, meningkat 7,18% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 270,27 triliun. Pendapatan bunga bersih PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga naik 9,3% yoyo menjadi Rp 46,1 triliun di kuartal III 2022. Pertumbuhan pendapatan bunga sejalan dengan pertumbuhan kredit BCA sebesar 12,6% menjadi Rp 682 triliun. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga membukukan kenaikan NII 5,2% yoy menjadi Rp 30,2 triliun di kuartal III 2022. Sedangkan kredit bank ini naik 9,1% yoy menjadi Rp 622,6 triliun. Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, salah satu pendorong peningkatan NII BRI yakni penurunan beban bunga. “Hal ini tak lepas dari strategi BRI yang terus mendorong proporsi dana murah (CASA) sehingga memperbaiki struktur funding BRI,” katanya pada Kontan.co.id. BRI optimistis pencapaian NII BRI di akhir tahun 2022 akan lebih tinggi dibandingkan dengan posisi September 2022. Hal ini seiring dengan komitmen BRI dalam meningkatkan dana murah. Aestika menerangkan, dalam menjaga NII, BRI akan fokus pada pinjaman-pinjaman yang memiliki high yield, yaitu segmen mikro dan consumer loan. Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, BRI juga berencana meningkatkan rasio dana murah (CASA) secara gradual dari 63% pada tahun 2021, menjadi 66% pada 2024. Caranya dengan menggenjot wholesale transaction, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ecosystem pada segmen mikro. Sementara, CIMB Niaga mencatat pendapatan bunga dan margin syariah bersih tumbuh tipis 0,91% yoyo dari Rp 9,88 triliun menjadi Rp 9,97 triliun di sembilan bulan pertama 2022. Pertumbuhan NII CIMB Niaga yang lebih rendah dari pertumbuhan kreditnya, kata Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan, sebagai pengaruh realistik dari kebijakan perseroan memberikan bunga yang lebih menarik untuk mendapatkan nasabah dengan profil risiko rendah dan prospek bagus.
“Selain itu, selama pandemi ada sedikit perubahan komposisi persentase kredit dimana low risk tapi lower margin loan naik komposisinya sebagai bagian dari risk management,” kata Lani. Di sisi lain, ia juga mengakui perekonomian global 2023 cukup menantang. Kendati demikian, ia menyatakan telah mewaspadai hal ini dan tetap optimis NII akan bertumbuh. Guna mencapai target ini, CIMB Niaga akan terus memperkuat dana murah atau current account and saving account (CASA).
Baca Juga: Pacu Kinerja Holding Ultra Mikro, Begini Rencana BRI Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat