PEKANBARU. Saat krisis 2008 lalu, pertanian di Riau termasuk salah satu sektor yang terpukul. Bisnis bank dan pembiayaan di bumi Lancang Kuning itu ikut terjerembab. Penyaluran pinjaman ke petani banyak yang macet seiring anjloknya penjualan komoditas. Masa suram itu kini sudah berlalu. Permintaan dan harga komoditas pertanian di pasar dunia terus membaik. Bisnis bank pun kembali berputar kencang. Salah satunya Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kanwil Pekanbaru, Riau. Hingga September lalu, BRI Riau telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp 2,4 triliun atau 103% dari target 2010. “Kalau dibandingkan posisi akhir tahun lalu, angka itu naik 33%,” kata Agus Ahdiyat, Pimpinan Wilayah BRI Pekanbaru, kepada KONTAN pekan lalu.
Debitur kredit mikro BRI kebanyakan petani sawit. “Nasabah pinjaman kami saat ini ada 114.000 dan nasabah simpanan sebanyak 600.000,” jelasnya. Meski gencar menyalurkan kredit, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) BRI Pekanbaru hanya 1,2%. Edison Tampubolon, Pimpinan BRI cabang Rengat, menambahkan, rasio NPL bisa ditekan lewat pendekatan sosial. “Petani sangat malu bila ada orang bank menagih ke rumah. Ini sangat membantu kerja kami,” katanya.