Kredit modal kerja masih jadi andalan kredit perbankan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank masih mencatatkan pertumbuhan kredit modal kerja (KMK) kendati kondisi ekonomi masih belum stabil. PT Bank Mayapada Internasional Tbk misalnya  sampai dengan paruh pertama 2018 tetap menjadikan KMK sebagai andalan penyaluran kredit.

Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi mengatakan sekitar 85% sampai 90% dari total kredit Bank Mayapada masuk ke segmen KMK. "Kami memang sebagian besar porsinya adalah kredit modal kerja, kalau investasi minim sekali dan konsumsi kami praktis baru mulai," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/5).

Menurut Haryono, masih ada pertumbuhan  KMK, walau memang  pertumbuhannya tidak terlalu pesat. Belum terlalu derasnya pertumbuhan segmen KMK dikarenakan pertumbuhan KMK sangat bergantung pada  permintaan kredit yang kuat. Serta harus didorong oleh pertumbuhan yang baik di sektor riil.


"Per Juni 2018 secara tahunan masih tumbuh 11% sampai 12% untuk kredit modal kerja, kebanyakan di sektor perdagangan," ungkapnya. Haryono meyakini, sampai dengan akhir tahun KMK masih dapat didorong untuk tumbuh setidaknya dua digit. 

Bank Mayapada masih terdapat ruang yang cukup besar untuk menggenjot pertumbuhan KMK. Adapun, sampai dengan Juni 2018 lalu, bank ini sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 60,85 triliun. Jumlah ini meningkat  18% dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya Rp 51,55 triliun (year on year/yoy).

KMK di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga masih tumbuh. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha mengatakan, pada semester I 2018  kredit konsumsi Bank Jatim naik paling tinggi, diikuti  KMK.

Menurutnya,  pada semester II 2018 permintaan KMK akan mulai kencang. "Untuk jangka waktu di bulan Juni dan Desember akan ada persentase kenaikan di modal kerja. Terutama terkait proyek pembangunan di daerah," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/8).

Lebih lanjut, Ferdian menilai, walau saat ini tren suku bunga tengah naik. Pihaknya optimistis hal tersebut tak akan menganggu permintaan KMK di Bank Jatim. Saat ini, porsi KMK di Bank Jatim masih terbilang tipis yaitu sebesar 22% per Juni 2018 dari total kredit. Jumlah ini meningkat dari porsi pada bulan Desember 2017 yang hanya sebesar 20,7%.

Bank bersandi emiten BJTM ini memproyeksikan pada akhir 2018, porsi KMK akan naik hingga ke 23%. Catatan saja, sampai Juni 2018 Bank Jatim membukukan pertumbuhan kredit sebesar 5,34% yoy menjadi Rp 32,11 triliun. Pada akhir tahun, Bank Jatim menargetkan kredit akan mampu terkerek  hingga ke level 10,65% yoy.

Sebagai tambahan informasi, sampai dengan paruh pertama 2018, Bank Indonesia (BI) mencatat KMK masih menjadi penyumbang terbesar kredit dalam negeri sebanyak 46,65% dari total kredit per Juni 2018.

Adapun, sampai semester I 2018 KMK tumbuh meningkat 11% menjadi Rp 2.329,4 triliun. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan di bulan Mei 2018 yang naik 10,4% dan periode Juni 2017 yang hanya tumbuh 6,9%. Kenaikan KMK secara industri, utamanya disebabkan  akselerasi penyaluran KMK pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan.

KMK sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan 9,7% yoy di Juni 2018 menjadi Rp 830,2 triliun. Jauh membaik dibandingkan posisi Juni 2017 lalu yang hanya tumbuh 4,31% yoy.

Akselerasi tersebut terutama didorong oleh KMKM yang disalurkan untuk perusahaan perdagangan beras di DKI Jakarta dan Jawa Timur serta perusahaan perdagangan bahan konstruksi di Jawa Barat. Percepatan pertumbuhan juga didorong oleh KMK yang disalurkan untuk sektor industri pengolahan yang tercatat mengalami kenaikan 9,8% di Juni 2018, yang terdorong pertumbuhan subsektor industri logam dasar besi dan baja di Banten dan Jawa Barat. Kenaikan KMK turut ditopang perbaikan permintaan kredit di industri pemintalan, pertenunan, pengolahan akhir tekstil di wilayah Banten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat