JAKARTA. Tahun lalu, musim perlambatan laba menerjang hampir seluruh bank kelas menengah. Terbaru, ada Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) yang merilis rapor kinerja yang melesu. Sepanjang tahun 2014, laba bersih BTPN mencapai Rp 1,85 triliun, lebih rendah 13% ketimbang tahun 2013 yang sebesar Rp 2,13 triliun. “Kenaikan suku bunga acuan mengerek suku bunga deposito. Ini berpengaruh pada cost of fund kami," ujar Jerry Ng, Direktur Utama BTPN, Selasa (3/3). Padahal, penyaluran kredit bank pensiunan ini cukup gencar di tahun lalu. Di tengah perlambatan kredit, BTPN mampu mencatatkan pertumbuhan kredit 13% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 52 triliun per 31 Desember 2014.
Pencapaian ini sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri yang berada di kisaran 11,58%. Tahun lalu, mesin pertumbuhan BTPN adalah kredit segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mampu tumbuh 22%. Selain membiayai segmen UMKM, BTPN juga menyalurkan kredit pensiunan dan kredit ke kelompok masyarakat prasejahtera produktif melalui anak usaha BTPN Syariah. Kucuran kredit ke segmen productive poor tumbuh 85% dari Rp 1,35 triliun menjadi Rp 2,5 triliun. Kenaikan penyaluran kredit dibarengi dengan kualitas kredit yang tetap terjaga. BTPN mempertahankan rasio kredit bermasalah atawa non performing loan (NPL) gross di level 0,7%.