Kredit perbankan di kawasan Asia-Pasifik melambat



SINGAPURA. Rupanya bukan hanya perbankan di dalam negeri yang mengalami perlambatan pertumbuhan kredit. Berdasarkan laporan Fitch Ratings, yang dirilis kemarin (3/8), bank-bank di kawasan Asia-Pasifik (APAC) juga mengalami perlambatan pertumbuhan kredit dan ketatnya likuiditas.

Menurut  Fitch, untuk mengatasi hal tersebut, otoritas perbankan di berbagai negara telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan hutang. Dalam laporan yang bertajuk APAC Financial Institutions Quarterly Dashboard tersebut, Fitch percaya bahwa stabilitas makroekonomi menjadi kunci untuk menjaga tingkat kerugian.

Fitch juga mengingatkan bahwa pengendalian laju pertumbuhan kredit dan mencegah terjadinya gelembung kredit, terutama di sektor properti, lebih penting daripada berfokus pada tingkat kredit. Fitch mengharapkan bahwa pemerintah di negara-negara APAC memperhatikan harga properti untuk menghindari penurunan aset rumah. Seperti bank-bank di negara yang kredit perumahannya mendominasi total kredit, misalnya Taiwan  yang 85% dari kredit ritelnya ada di perumahan. Lalu Australia, Hong Kong dan Singapura yang kredit propertinya berkisar antara 70% -75%.


Meskipun risiko kredit meningkat, Fitch melihat bahwa rasio kredit macet (NPL) perbankan di sebagian besar negara akan tetap rendah. Seperti di China, Singapura, India, Malaysia, Filipina dan Thailand. Namun ada juga yang berpotensi meningkat seperti Australia, Jepang, dan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan