JAKARTA. Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) menganggap wajar jika pertumbuhan kredit industri perbankan nasional tengah lesu. Kondisi ini tak lepas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang tentu berimbas bagi pertumbuhan kredit perbankan. Menurut Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, pada dasarnya industri perbankan tidak bisa memaksakan pertumbuhan kredit. Sebab bisnis perbankan itu prinsipnya adalah bank follow the trade. Sehingga tingkat pertumbuhan kredit perbankan sangat bergantung pada geliat sektor riil dunia usaha. "Kalau memang permintaan kredit modal kerja dan kredit investasi sedang lesu, ya sulit tumbuh besar. Bank tidak bisa harus mendatangi orang-orang untuk memberikan kredit dan pertumbuhan ekonomi kembali naik, tidak bisa begitu," kata Sigit di Jakarta, Selasa (9/6). Walau demikian Sigit menolak memberikan prediksi pertumbuhan kredit perbankan nasional sampai akhir tahun ini. Hanya saja, ia optimis pertumbuhan kredit perbankan sampai akhir tahun ini tetap bisa mencapai 15% secara year on year (yoy). Terlebih akan ada kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) dari Bank Indonesia (BI). "Saya bukan juru ramal. Tapi sebagai bankir, saya berharap pertumbuhan kredit perbankan bisa terus membaik," pungkas Sigit. Berdasarkan data BI per April 2015, jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum mencapai Rp 3.747,3 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan hanya sebesar 10,3% secara yoy. Realisasi pertumbuhan tersebut masih jauh dibawah arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar pertumbuhan kredit perbankan tahun ini bisa mencapai 15% - 17% secara yoy.
Kredit perbankan lesu, Perbanas anggap itu wajar
JAKARTA. Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) menganggap wajar jika pertumbuhan kredit industri perbankan nasional tengah lesu. Kondisi ini tak lepas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional yang tentu berimbas bagi pertumbuhan kredit perbankan. Menurut Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, pada dasarnya industri perbankan tidak bisa memaksakan pertumbuhan kredit. Sebab bisnis perbankan itu prinsipnya adalah bank follow the trade. Sehingga tingkat pertumbuhan kredit perbankan sangat bergantung pada geliat sektor riil dunia usaha. "Kalau memang permintaan kredit modal kerja dan kredit investasi sedang lesu, ya sulit tumbuh besar. Bank tidak bisa harus mendatangi orang-orang untuk memberikan kredit dan pertumbuhan ekonomi kembali naik, tidak bisa begitu," kata Sigit di Jakarta, Selasa (9/6). Walau demikian Sigit menolak memberikan prediksi pertumbuhan kredit perbankan nasional sampai akhir tahun ini. Hanya saja, ia optimis pertumbuhan kredit perbankan sampai akhir tahun ini tetap bisa mencapai 15% secara year on year (yoy). Terlebih akan ada kebijakan pelonggaran Loan to Value (LTV) dari Bank Indonesia (BI). "Saya bukan juru ramal. Tapi sebagai bankir, saya berharap pertumbuhan kredit perbankan bisa terus membaik," pungkas Sigit. Berdasarkan data BI per April 2015, jumlah kredit yang disalurkan Bank Umum mencapai Rp 3.747,3 triliun. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan hanya sebesar 10,3% secara yoy. Realisasi pertumbuhan tersebut masih jauh dibawah arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar pertumbuhan kredit perbankan tahun ini bisa mencapai 15% - 17% secara yoy.