KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski mengalami perlambatan, penyaluran kredit perbankan di Indonesia tetap tumbuh sesuai harapan. Setidaknya, pertumbuhannya masih dalam kisaran target kredit secara industri. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit perbankan tumbuh 11,4% secara tahunan (YoY) pada Agustus 2024, melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 12,4%. Sementara, target pertumbuhan kredit industri di kisaran 10% hingga 12%. Di sisi lain, pertumbuhan kredit ini juga meningkat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang hanya naik 7,01% YoY pada periode sama. Alhasil, likuiditas perbankan pun semakin mengetat dengan LDR naik 29 basis poin (bps) menjadi 86,80%.
Meski demikian, pertumbuhan kredit ini belum bisa menandai membaiknya perekonomian di Indonesia. Sebab, dari segmen kredit yang tumbuh tinggi adalah kredit investasi yang mencapai 13,08% YoY. Seperti diketahui, kredit investasi adalah kredit yang diperuntukkan bagi korporasi untuk membiayai kebutuhan jangka panjang. Asumsinya, dampaknya pun juga bakal terasa di masa yang akan datang. Baca Juga:
Bank Digital Indonesia Belum Seekspansif yang Ada di Luar Negeri Di sisi lain, kredit konsumsi dan kredit modal kerja hanya tumbuh sekitar 10% YoY. Ditambah, kredit UMKM juga hanya tumbuh 4,42% YoY pada periode yang sama. Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan pun mengungkapkan kredit perbankan sejatinya berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun perlu diingat, korelasi tersebut dapat terjadi bila utamanya untuk kredit produktif yang dapat mendorong perputaran ekonomi. Ia juga menyebutkan salah satu kondisi ekonomi bisa dibilang semakin baik jika daya beli masyarakat membaik dan suku bunga terjaga rendah. “Jika itu terjadi, maka kredit perbankan akan bertumbuh,” ujarnya. Sementara itu, perlu diperhatikan juga bahwa saat ini kredit perbankan hanya didominasi oleh segelintir bank. Misalnya, bank golongan KBMI 4 yang pada Agustus 2024 mendominasi 52,99% dari total kredit industri atau senilai Rp 3.979 triliun. Direktur Kepatuhan Oke Bank Efdinal Alamsyah pun menyadari bahwa bank-bank KBMI 4 ini tak bisa tertandingi. Dengan modal yang lebih besar dan sumber daya yang lebih lengkap, Efdinal menilai bank jumbo ini lebih mampu memberikan pinjaman dalam jumlah besar dan mendukung proyek-proyek yang lebih kompleks. “Bank KBMI 4 juga bisa menawarkan bunga yang lebih kompetitif kepada debitur karena mereka memiliki akses ke sumber dana yang lebih murah,” ujarnya. Meski demikian, Efdinal menilai bukan berarti bank-bank di luar KBMI 4 tak bisa banyak berdampak besar pada perekonomian. Justru, ia melihat bank-bank seperti Oke Bank memiliki peran dalam segmen-segmen yang spesifik. “Ataupun kami juga bisa berkolaborasi dengan fintech untuk meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi dalam memberikan pinjaman,” tambah Efdinal.
Baca Juga: Perbankan Makin Serius Menjalankan Bisnis Berkelanjutan Setali tiga uang, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang sejatinya bank-bank di luar KBMI 4, khususnya KBMI 3 bisa menyamai dalam hal pertumbuhan kredit. Menurutnya, itu pernah terjadi sebelum era suku bunga tinggi. Sayangnya, dalam dalam kondisi suku bunga tinggi yang berdampak pada biaya dana tinggi, Lani bilang bank di luar KBMI 4 harus berhitung lebih ketat agar profitability bisa tetap terjaga baik. “Kalau KBMI 4 kan mayoritas BUMN yang mempunyai segmen khusus dan spesifik untuk area pertumbuhan. Mulai dari
payroll pegawai pemerintah, hingga proyek pembangunan pemerintah,” jelasnya. Di kalangan bank daerah, Ketua Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) yang sekaligus Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi bilang kontribusi terhadap perekonomian tidak bisa hanya dilihat dari kredit yang disalurkan.
Menurutnya, banyak faktor lain yang diperhatikan seperti dukungan infrastruktur keuangan BPD dalam pengelolaan keuangan daerah, penerimaan pajak, retribusi, infrastruktur daerah, hingga UMKM. Ia mencontohkan saat ini Bank BJB memiliki kontribusi terhadap kredit yang disalurkan di Jawa Barat dan Banten berada pada kisaran 10%-11% terhadap total industri perbankan di kedua wilayah tersebut. “Angka yang cukup baik saya kira dan menjadi salah satu kontributor terbesar khususnya di dua wilayah kerja utama tersebut dari 106 bank yang beroperasi,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari