KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit perbankan sepanjang kuartal II-2024 tercatat mengalami perlambatan jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Di mana, pada kuartal II-2024, kredit perbankan tercatat tumbuh 12,36% secara tahunan (YoY). Berdasarkan data Bank Indonesia, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, kredit perbankan masih mampu tumbuh hingga 12,4% YoY. Sementara, penyaluran kredit hingga Mei 2024 yang tumbuh 12,15% YoY. Terlepas dari semua itu, pertumbuhan kredit perbankan sudah lebih tinggi dari target pertumbuhan kredit di 2024. Mengingat, target pertumbuhan kredit perbankan di tahun ini ada di kisaran 10% hingga 12%.
”Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit pada tahun 2024 diperkirakan berada pada batas atas kisaran 10% hingga 12% di tahun ini,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (17/7). Baca Juga:
Bank Indonesia Tahan BI Rate di Level 6,25% pada Juli 2024 Perry bilang pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh permintaan dari korporasi. Secara, korporasi memiliki kinerja penjualan yang tetap baik dan kemampuan bayar yang tetap kuat. Dari sisi sektor, ia menyebutkan pertumbuhan kredit ini ditopang oleh semua sektor ekonomi. Terlebih, terjadi pada sektor industri perdagangan dan pengangkutan. Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae bilang saat ini perbankan tanah air tetap optimistis dapat mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2024. Ini tercermin dari hasil revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) 2024 yang diterima OJK pada akhir semester I kemarin. ”Hal ini tercermin dari target kredit dan DPK tahun 2024 yang direvisi ke atas dan masih searah dengan proyeksi OJK di awal tahun,” ujar Dian. Dalam hal ini, Dian juga menyoroti bank domestik justru mendapat sentimen positif dari meningkatnya suku bunga global ditambah dengan fluktuasi nilai tukar. Sebab, biaya dana dari luar negeri bagi korporasi semakin mahal. “Daya tarik kredit perbankan domestik akan semakin menarik bagi korporasi domestik,” tambahnya. Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), Dian menyadari adanya pertumbuhannya yang masih lebih rendah dibandingkan kredit. Meskipun, pertumbuhan DPK sudah lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Ia bilang DPK yang melambat utamanya pada deposito, yang juga dipengaruhi oleh banyaknya alternatif instrumen penempatan dana selain deposito perbankan. Menurutnya, gap antara pertumbuhan kredit dan DPK menyebabkan bank melakukan penjualan surat berharga dan mengurangi alat likuid.
Baca Juga:
Bunga Kredit Akan Tetap Tinggi Tahun Ini, Ruang Penurunannya Kecil Hal ini juga menyebabkan likuiditas perbankan mengalami tekanan terlihat dari menurunnya rasio likuiditas bank, meskipun masih jauh di atas threshold dan berada pada level yang lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. ”Kualitas kredit diproyeksikan masih terjaga, bahkan cenderung melandai dibandingkan tahun sebelumnya didukung oleh LaR yang juga mengalami penurunan,” pungkas Dian Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari