Kredit properti di atas 70 meter persegi melambat



JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) untuk menekan terjadinya gelembung (bubble) pada properti mulai membuahkan hasil.

Berdasarkan laporan BI pada kuartal I/2014, pembiayaan kredit properti seperti kredit pemilikan rumah (KPR), kredit pemilikan apartemen (KPA) dan kredit ruko/rukan mulai menyusut dari perhitungan Maret 2013 menuju Maret 2014. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI mengatakan, perbankan memperlambat penyaluran kredit properti, khususnya untuk tipe di atas 70 meter persegi (m2).

BI mencatat perlambatan terjadi seiring dengan aturan uang muka (down payment) 30% yang berlaku sejak tahun 2012, kemudian larangan inden untuk KPR rumah kedua pada tahun 2013, serta pelemahan ekonomi domestik dan global. "Penurunan pertumbuhan terbesar terjadi pada pembiayaan KPR dan KPA di atas 70 m2," kata Halim, pekan lalu.


Contohnya, pertumbuhan KPR di atas 70 m2 menjadi 15,3% atau senilai Rp 108,5 triliun per Maret 2014, dibandingkan pertumbuhan 39,8% atau senilai Rp 94,1 triliun per Maret 2013.

Kemudian, pertumbuhan KPA di atas 70 m2 menjadi 33,5% atau senilai Rp 5,6 triliun per Maret 2014, dibandingkan 70,4% atau senilai Rp 4,2 triliun per Maret 2013. Halim menambahkan, perlambatan penyaluran kredit tersebut membuat harga rumah untuk tipe di atas 70 m2 menurun, kemudian merembet pada penurunan harga tanah, serta debitur yang memiliki KPR lebih dari satu juga menyusut. Lanjutnya, kedepan diproyeksikan pasar properti kelas mewah akan mulai jenuh karena permintaan dan kebutuhan mulai menurun. "Hal ini membuat pembiayaan rumah untuk tipe di bawah 70 m2 mengalami kenaikan," tambah Halim.

Misalnya, untuk KPR tipe di bawah 21 m2 tumbuh 33,5Þngan nilai Rp 28,8 triliun per kuartal I/2014, dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu tumbuh 28,5% dengan nilai Rp 21,6 triliun. Kemudian, untuk KPR tipe 21 m2 - 70 m2 tumbuh 29% atau senilai Rp 134,8 triliun per kuartal I/2014, dibandingkan pertumbuhan 13% dengan nilai Rp 104,4 triliun per kuartal I 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan