Kredit Restrukturisasi Masih Tersisa Rp 450 Triliun, Ini Kata Bos OJK



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Relaksasi kredit terdampak Covid-19 telah berakhir Maret 2023. Kendati demikian, jumlah kredit yang mendapatkan restrukturisasi masih tersisa Rp 405,42 triliun dari 1,83 juta debitur.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, bila dilihat pada masing-masing bank mendetail baru akan terlihat pada Mei 2023. Lantaran perbankan baru melaporkan data Maret 2023 secara lengkap kepada regulator pada akhir April.

“Namun secara keseluruhan, bila dilihat antisipasi perubahan terhadap non performing loan (NPL) yang tidak diperpanjang, maka cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang terus meningkat dengan baik untuk cover secara keseluruhan kredit yang jatuh tempo dan NPL di Maret 2023 bisa dikatakan sangat memadai,” papar Mahendra di Jakarta pada Senin (8/5).


Oleh sebab itu, OJK tidak akan melakukan antisipasi peningkatan NPL perbankan secara berlebihan. Lantaran, perbankan dalam kurung waktu 1,5 tahun terakhir telah membentuk pencadangan yang sangat tinggi.

“Khusus CKPN, kredit yang usai restrukturisasi di Maret 2023 lalu itu ada di level 28,04% di tengah penurunan nominal restrukturisasi Covid-19, jadi sangat memadai. Bagaimana ke depan? Setelah periode ini selesai, maka setiap bank akan bangun CKPN-nya untuk antisipasi bagaimana kredit restrukturisasi akan berakhir di maret 2024,” tutur Mahendra.

Baca Juga: Naik 9,9%, OJK Catat Kredit Perbankan Capai Rp 6.446 Triliun pada Maret 2023

Memang, hingga Maret 2023, NPL gross  perbankan berada di level 2,49%, turun dibandingkan NPL gross di Maret 2022 sebesar 2,99%. Sedangkan loan at risk (LAR) ada di posisi 13,94% di Maret 2023 turun dari Maret 2022 di posisi 18,79%.

Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada mengatakan, komposisi portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 hingga akhir kuartal I-2023 tersisa Rp 45,8 triliun, atau hanya mencapai 7,3% dari total kredit. Jumlah itu jauh menurun dari kuartal I tahun lalu yang masih mencapai 12% dari total kredit.    

Penurunan ini terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih.   

“Sekitar Rp 10 triliun akan diperpanjang sesuai dengan perpanjangan stimulus OJK. Sisanya sebagian besar lebih dari 50% sudah dapat membayar bunga di level commercial rate dan tidak ada tunggakan, sehingga potensi untuk kembali ke normal di tahun ini,” kata David kepada KONTAN pada Senin (8/5).

BNI akan memberikan restrukturisasi secara normal atau jatuh ke kolektibilitas 2 bagi debitur yang kondisinya belum bisa pulih. Baik kelompok bunga yang masih dibawah commercial rate dan kondisinya masuk kriteria high risk.

“Namun, BNI sudah membentuk cadangan yang sangat cukup atas portofolio restrukturisasi Covid-19 high risk ini rata-rata di level 25%. BNI juga akan memaintain cadangan sekitar 45% hingga 50% untukk LAR dan NPL Coverage di level 270% - 280%,” kata David.

Ia menambahkan, LAR BNI ikut turun dari 22,1% pada kuartal I 2022 menjadi 16,3% pada kuartal I 2023. Seiring dengan itu NPL BNI membaik dari 3,5% menjadi 2,8%.    

Sementara, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menuturkan, portofolio kredit Bank Mandiri yang mendapatkan restrukturisasi Covid-19 tersisa Rp 31,2 triliun per Maret 2023. Jumlah itu jauh turun dibandingkan posisi tertinggi di Juni 2021 Rp 96,5 triliun.

“Dengan kualitas yang terjaga, dari total Rp 96,5 triliun tersebut yang jadi non performing loan (NPL) hanya sekitar 1,7%. Sedangkan loan at risk (LAR) termasuk kredit yang direstrukturisasi 11,7% per Maret 2023. Turun dibandingkan Maret 2022 sebesar 17,2%,” ujarnya.

Siddik menyebutkan, dari total portofolio kredit restrukturisasi itu, lebih dari 90% debitur telah melakukan pembayaran kembali. Oleh sebab itu, ia mengestimasi hampir seluruh portofolio yang direlaksasi itu akan kembali pulih dan mampu kembali membayar keuangan.

“Bagi debitur yang masih membutuhkan restrukturisasi lanjutan, kami akan memberikan program restrukturisasi reguler pada debitur tersebut,” imbuhnya.

Guna mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit pada debitur kredit tertentu pasca masa relaksasi restrukturisasi kredit berakhir, Bank Mandiri menganggarkan menambahkan pencadangan atau CKPN built up Rp 2,86 triliun pada Maret 2023.

Untuk NPL coverage Bank Mandiri keseluruhan ada di level 336,6% meningkat 70% yoy. Guna mencegah pemburukan kualitas kredit, Bank Mandiri akan memantau secara khusus kualitas kredit seperti early warning system dan pembayaran kewajiban debitur kepada bank.

Baca Juga: Perpanjangan Hanya Sektor Tertentu, Kredit Restrukturisasi Perbankan Sisa Rp 405 T

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat