Kredit seret, bank memacu fee based



JAKARTA. Di tengah kondisi perlambatan kredit, bank harus pintar-pintar menjaga pertumbuhan laba. Senjata bank adalah memacu pendapatan berbasis komisi alias fee based income. Coba tengok Bank International Indonesia (BII). Lani Darmawan, Direktur Ritel BII, mengatakan, pihaknya terus meningkatkan kontribusi fee based terhadap pendapatan. Saat ini, fee based menyumbang kurang dari 30% terhadap pundi-pundi pendapatan BII. 

Sumber fee based BII berasal dari produk berbasis nasabah ritel. Contoh, kartu kredit, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan, biaya transaksi, remitansi, dan transaksi di merchant. "Ke depan, kontribusi fee based dari cash management dan forex bisa menyeimbangi kontribusi dari bisnis ritel," jelas Lani kepada KONTAN, Senin (6/10).

Agus R. Hermawan, Direktur Ritel Bank Bukopin, mengatakan, fee based Bank Bukopin telah meningkat 18,5% per September 2014 lalu, secara tahunan (year on year). "Tren fee based pada kuartal III mengalami peningkatan. September tahun lalu, fee based bahkan mencapai 6,36% dari total pendapatan" kata Agus.


Senada, Budi Satria, Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengaku, pertumbuhan fee based hingga Agustus lalu sesuai target tahunan, yakni sebesar 20%-25%. Meski tumbuh tinggi, porsi fee based terhadap total pendapatan BRI mini atau belum berubah banyak dari posisi akhir tahun 2013 lalu.

Tahun lalu, kontribusi fee based terhadap pendapatan bank spesialis kredit mikro ini berada pada kisaran 7%. "Sampai akhir tahun porsinya masih stabil. Sumber fee based terbesar dari administrasi bulanan, karena BRI mengelola 50 juta rekening," ucap Budi.Kendati masih belum bisa berkontribusi besar, BRI getol memacu fee based lewat layanan perbankan elektronik (e-banking). 

Bank OCBC NISP juga memacu fee based. Parwati Surjaudaja, Direktur Utama NISP, bilang, pertumbuhan fee based NISP berkisar 12%-15%. "Porsi terhadap total pendapatan sekitar 15% per September. Tapi, itu turun dari posisi Juni sebesar 16%," jelas Parwati.

Raymon Yonarto, Kepala Divisi Perencanaan dan Keuangan Bank Central Asia menyatakan, fee based BCA naik 15% menjadi Rp 3,5 triliun per Juni 2014 lalu.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina