Kredit seret, bank tetap panen laba



JAKARTA. Krisis ekonomi dunia memukul perbankan global di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS), bahkan sebagian bank terancam bangkrut. Namun nasib sial tersebut tidak berlaku bagi perbankan di negara kita.

Lihat saja laba bersih beberapa bank selama paruh pertama tahun ini. CIMB Niaga, Bank Rakyat Indonesia (BRI), BTPN dan Bank Danamon misalnya, sukses mencetak kenaikan laba di atas 25%.

Sejauh ini hanya laba Bank Permata yang naik tak sefantastis kenaikan laba bersih bank lain. Laba bank ini naik kurang dari 8% meski kreditnya tumbuh di atas rata-rata.


Secara umum, pertumbuhan laba bank-bank ditopang kenaikan pendapatan bunga bersih, pendapatan nonbunga, efisiensi dan penurunan jumlah kredit bermasalah (NPL). Perbaikan kualitas kredit mengurangi biaya pencadangan, sehingga laba meningkat.

CIMB Niaga membukukan laba bersih Rp 1,98 triliun atau tumbuh 28%. Net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih melonjak 33% menjadi Rp 4,6 triliun. Pendapatan nonbunga meningkat 43% menjadi Rp 1,7 triliun.

Di saat yang sama, mereka berhasil menekan NPL menjadi 2,52%. Sayang, hasil itu tidak diikuti oleh penyaluran kredit. CIMB Niaga hanya membukukan pertumbuhan kredit 18%, jauh di bawah rata-rata pertumbuhan kredit nasional sebanyak 28%.

Direktur Utama Bank CIMB Niaga, Arwin Rasyid, beralasan, pihaknya memilih pertumbuhan kredit rendah tetapi manageable, ketimbang pertumbuhan yang agresif namun harus memupuk dana mahal yang membuat beban meningkat. "Kami banyak menyalurkan kredit untuk personal loan, kartu kredit dan mikro yang bunganya lebih tinggi sehingga NIM membaik," ujarnya, Kamis (26/7).

Kredit mikro CIMB Niaga tumbuh 150% menjadi Rp 1,73 triliun, personal loan melambung 737% menjadi Rp 760 miliar dan kartu kredit tumbuh 33%. Adapun NIM meningkat 36 poin jadi 5,93%.

Kinerja BRI juga mirip dengan CIMB Niaga. Kredit hanya tumbuh sekitar 14%, namun perolehan laba bersihnya melesat 27% menjadi Rp 8,6 triliun. Penyaluran kredit mencapai Rp 304,8 triliun per akhir Juni 2012.

Sekretaris Perusahaan BRI, Muhammad Ali, menjelaskan rendahnya pertumbuhan kredit ini akibat BRI tengah melakukan konsolidasi di segmen ritel dan menengah. Kualitas kredit diperbaiki agar rasio NPL rendah. "Penyaluran kredit mikro kami tumbuh 15,03% menjadi Rp 96 triliun (yoy). Kenaikan terbesar terjadi pada kuartal II ini," katanya.

Sebagai perbandingan, selama kuartal I-2012, BRI membukukan kenaikan kredit mikro Rp 1,59 triliun. Sedangkan pada kuartal II, tambahannya mencapai Rp 4,81 triliun. "Kami juga meningkatkan efisiensi dengan menekan biaya operasional (BOPO) dan dana mahal," kata Ali.

Bank Bukopin juga panen laba. Bank ini membukukan laba Rp 402 miliar, tumbuh 20%. Laba ini berasal dari komisi dan margin bunga bersih. "Kontribusi terbesar masih berasal dari NIM namun kontribusi fee based income juga tumbuh pesat," ungkap Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin.

Berbeda dengan bank besar lain, laba bersih Bank Permata hanya naik tipis sebesar 1,1% menjadi Rp 712 miliar. Laba sebelum pajak juga mungil, hanya naik 7% menjadi Rp 981 miliar. Kondisi ini tak mencerminkan pendapatan bunga bersih dan pertumbuhan kredit yang masing-masing melonjak 39% dan 41%

Bank Permata meraup pendapatan bunga bersih Rp 2,73 triliun sedangkan penyaluran kredit mencapai Rp 84,4 triliun. Sayang, sampai tulisan ini naik cetak, KONTAN belum mendapatkan penjelasan langsung mengenai ketimpangan kinerja tersebut dari manajemen Bank Permata.

Dalam rilis yang diterima KONTAN, Kamis (26/7), David Fletcher, Direktur Utama Bank Permata, hanya menyatakan optimismenya mengenai prospek kinerja bank di bawah Grup Astra itu. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: