Kredit seret, kinerja BDMN mampet



JAKARTA. Kinerja PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) di kuartal III 2013 cenderung stagnan. Laba bersih BDMN hanya naik 0,51% menjadi Rp 3,01 triliun.

Analis Sucorinvest Central Gani, Isfhan Helmy menilai, kinerja BDMN di kuartal III dipengaruhi dua hal. Pertama, net interest margin (NIM) yang menurun akibat penyaluran kredit melambat. Kedua, beban operasional BDMN meningkat.

Dua hal itu membuat kinerja BDMN tak sesuai harapan. “Laba bersih di kuartal III hanya 70% dari proyeksi kami di tahun ini,” tulis Isfhan dalam risetnya, 18 Oktober 2013.


Beban operasional BDMN meningkat akibat gaji minimum pegawai yang naik. Di kuartal III 2013, pengeluaran operasional BDMN tercatat naik 11,95% secara year-on-year (yoy).

Analis Ciptadana Securities, Syaiful Adrian menambahkan, NIM BDMN menurun karena cost of fund BDMN meningkat. Biaya dana meningkat karena bunga yang diberikan kepada nasabah naik.

“Terjadi kompetisi ketat dari bank besar lain dalam menarik dana,” timpal Isfhan. Ini membuat BDMN menaikkan bunga deposito dari 6% menjadi 9%.

Faktor lain yang menekan kinerja BDMN, kata Syaiful, adalah pelambatan kredit otomotif akibat peraturan baru Loan to value (LTV). Selain itu, rasio keuangan BDMN juga terlihat kurang baik.

Menurut dia, rasio dana murah alias current account saving account (CASA) BDMN di bawah 50%, sedangkan loan to deposit ratio (LDR) hampir mencapai 100%. “Karena itu BDMN tak leluasa memberikan kredit,” ujar dia.

Dus, penyaluran kredit BDMN jauh di bawah industrinya. Pertumbuhan penyaluran kredit BDMN tidak sampai 15%. Padahal, Syaiful memprediksi, rata-rata pertumbuhan perbankan nasional sekitar 20% di kuartal III 2013.

“Kami melihat pertumbuhan kredit BDMN mencapai 23,9% di segmen UKM komersial tidak cukup menutup pertumbuhan di segmen mass market yang hanya 6,4% yoy,” imbuh Isfhan. Menurut dia, penyebab utama pertumbuhan di segmen mass market melambat karena kredit otomotif hanya naik 5,5% yoy.

Isfhan memperkirakan, pertumbuhan kredit BDMN di tahun ini hanya 12%. Ia melihat, BDMN masih menghadapi risiko penurunan pertumbuhan penyaluran kredit di segmen mass market, dan juga segmen kredit mikro.

Ia pun memprediksi, net interest income BDMN di tahun ini akan naik 9,25% menjadi Rp 14,12 triliun. Adapun, laba bersih BDMN akan naik tipis 1,1% menjadi Rp 4,06 triliun di tahun ini, dari tahun lalu Rp 4,01 triliun. Adapun, Syaiful menduga, laba bersih BDMN di tahun ini akan naik tipis menjadi Rp 4,1 triliun.

Namun, Isfhan menghitung, rasio price to book value (PBV) BDMN masih murah hanya 1,2 kali. Sedangkan, bank besar lain memiliki PBV di atas 1,5 kali. Tapi, karena sentimen masih cukup buruk membuat Isfhan merekomendasikan hold saham BDMN dengan target harga Rp 4.500 per saham.

Syaiful juga menyarankan hold saham BDMN dengan target harga di Rp 4.800. Analis Am Capital, Yap Swie Cu juga memberi saran hold dengan target harga Rp 4.300. Kemarin, harga BDMN stagnan di Rp 4.175 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana