KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek pembiayaan sindikasi tahun 2022 diperkirakan masih punya peluang besar seiring dengan beroperasinya kembali proyek-proyek besar yang sempat tertunda karena pandemi Covid-19. Oleh karena itu, perbankan memperkirakan penyaluran kredit sindikasi tahun ini akan meningkat dibanding tahun 2021. Namun, dalam dua setengah bulan pertama ini kesepakatan pembiayaan sindikasi masih sepi. Berdasarkan Bloomberg League Table Reports Global Syndicated Loan, total kesepakatan kredit sindikasi per 14 Maret 2022 baru delapan proyek dengan nilai US$ 523,9 juta. Itu masih lebih sepi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sudah mencatatkan kesepakatan 31 proyek dengan nilai US$ 2,56 miliar.
Dalam dua setengah bulan pertama ini, PT Bank Mandiri Tbk tercatat paling besar dalam menyalurkan kredit sindikasi. Bank ini mengikuti tiga proyek sindikasi dengan partisipasi sebesar US$ 247,6 juta.
Baca Juga: Andalkan Segmen Korporasi, Bank Mega Proyeksikan Kredit Tumbuh 11,6% Tahun Ini Lalu disusul dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang terlibat dalam dua kesepakatan dengan partisipasi senilai US$ 97,6 juta. Adapun proyek sindikasi yang diikuti Bank Mandiri di antaranya berasal dari PT Bumi Mineral Sulawesi dengan nilai proyek US$ 127,7 juta dan kontribusi perseroan sebesar US$ 63,8 juta, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk senilai US$ 150 juta dan PT Tunas Baru Lampung Tbk senilai US$ 236,2 juta. Adapun BRI terlibat dalam pembiayaan sindikasi bersama Bank Mandiri dalam proyek milik PT Bumi Mineral Sulawesi dan PT Tunas Baru Lampung Tbk BRI melihat prospek pembiayaan sindikasi tahun ini masih punya peluang cukup besar dengan mulai beroperasinya kembali proyek-proyek yang tertunda karena Covid-19. "Kami proyeksikan untuk proyeksi pembiayaan Sindikasi ditahun 2022 akan lebih tinggi dibanding tahun 2021." kata Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI kepada KONTAN, Senin (14/3). BRI saat ini telah menginventarisasi beberapa potensi proyek sindikasi yang akan dikerjakan tahun ini. Aestika bilang, terdapat lebih dari 5 proyek sindikasi yang sedang diproses BNI dengan bank lain. Adapun sektor yang dibiayai didominasi dari sektor agribisnis, pertambangan, serta minya dan gas. BRI optimistis beberapa dari pipeline tersebut bakal mencapai kesepakatan hingga pada akhir kuartal I-2022.
Baca Juga: Kredit Korporasi Diperkirakan Tumbuh Lebih Baik Tahun Ini Sementara Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat prospek kredit sindikasi erat hubungannya dengan ekspansi usaha dan pengembangan infrastruktur. Pandemi di satu sisi memang terlihat mulai terkendali, namun faktor makro yang dimulai dari perang di Eropa Timur berdampak pada kenaikan harga minyak dan komoditas. Hal itu bisa berpengaruh besar pada sektor industri terutama kenaikan biaya minyak untuk industri dan kenaikan biaya produksi. "Kondisi dari faktor makro ini akan membuat pertumbuhan bisnis dan ekonomi agak melambat sehingga dapat menekan kredit sindikasi di tahun 2022." jelas Trioksa. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi