Kredit tumbuh 14,8%, laba BNI naik 24,5%



JAKARTA. Bank BNI membukukan laba bersih sebesar Rp 5,03 triliun pada kuartal III-2012. Angka ini tumbuh 24,5% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 4,04 triliun.

Kinerja ini tertopang beberapa faktor. Selain kenaikan pendapatan bunga bersih, laba bank berlogo 46 ini juga teropang oleh penurunan pencadangan dan pembayaran pajak lebih rendah.

Pasca penerbitan saham baru atau rights issue, saham publik bertambah menjadi 40%, sehingga pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih rendah.


"Tahun ini pajak kami 20% tahun lalu 25%, ini karena kami rights issue sehingga kepemilikan publik menjadi 40%," ujar Direktur Keuangan Bank BNI, Yap Tjay Soen, Senin (22/10)

Biaya pencadangan menyusut 8,7% menjadi Rp 2,27 triliun. Penurunan ini karena BNI melakukan hapus buku (write off) kredit bermasalah Rp 2,4 triliun. Dari hapus buku, BNI berhasil menagih (recovery) sebesar Rp 1,66 triliun atau 69,3% dari total write off. Nah, hasil penagihan dan penyusutan pencadangan itu mengerek pendapatan.  

Dari sisi bunga bersih, BNI membukukan kenaikan 19% dari Rp 9,41 triliun menjadi Rp 11,2 triliun. Namun pertumbuhan ini dibarengi kenaikan biaya operasional 19,8%. Kenaikan ini meningkatkan cost to income ratio (CIR) dari 43,4% menjadi 47,1%. Sedangkan pendapatan non bunga hanya naik 0,6% dari Rp 5,71 triliun menjadi Rp 5,75 triliun. "Ini akibat turunnya nilai marketable securities.

Bursa saham kurang kondusif," tambah Yap. September 2012, nilai marketable securities Rp 9,99 triliun, lebih rendah dari posisi September 2011 yang Rp 11,52 triliun.

Pertumbuhan kredit BNI masih di bawah rata-rata industri. Hanya meningkat 14,8% menjadi Rp 184,475 triliun. Bandingkan dengan kenaikan kredit nasional yang mencapai 23,5% (year on year/yoy). Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) turun dari 3,8% menjadi 3,4%. Rasio kecukupan modal (CAR) aman di posisi 17,1%

Direktur Utama Bank BNI Gatot Murdiantoro Suwondo mengatakan pada kuartal III 2012 rasio intermediasi (LDR) turun dari 78,3% menjadi 76,8%. Pemicunya, pengurangan pembiayaan valuta asing. "Hasilnya, LDR rupiah meningkat 4% dari 78% menjadi 82% sementara LDR valas turun 30% dari 83% menjadi 53%," jelas Gatot. Penurunan LDR valas terlihat dari rendahnya pertumbuhan pembiayaan internasional yang turun 10,1% menjadi Rp 6,34 triliun.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri belum mengumumkan kinerja. Namun Direktur Keuangan dan Internasional BRI, Ahmad Baequni, mengatakan pertumbuhan kredit pada kuartal III-2012 hampir sama dengan kinerja Juni 2012. "Hanya tumbuh tipis," katanya.

Pada semester I-2012, kredit BRI hanya tumbuh 14% atau menjadi Rp 304 triliun. Rendahnya penyaluran dana ini membuat pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 3,07% menjadi Rp 17,157 triliun.

Baequni mengatakan, pertumbuhan kredit BRI rendah lantaran perseroan sangat selektif  dalam menyalurkan kredit. "Kami fokus kepada ke hati-hatian pemberian kredit," tambahnya.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri