KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era suku bunga tinggi telah menjadi tantangan tersendiri bagi kinerja industri perbankan. Namun, itu tak menjadi hambatan bagi bank-bank Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 untuk mencetak laba jumbo. Perolehan laba tersebut banyak terbantu dengan pertumbuhan kredit bank-bank besar yang tetap ekspansif. Alhasil, bank KBMI 4 ini tetap mampu mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih yang berdampak pada profitabilitas di separuh pertama 2024 ini. Ambil contoh, PT Bank Mandiri Tbk yang mencatatkan pertumbuhan kredit hingga 20,46% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1.532,35 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut jauh di atas rata-rata industri yang sebesar 12,36% YoY.
Alhasil, Bank Mandiri mampu mengimbangi kenaikan beban bunga dengan pendapatan bunga yang didapat dari kredit. Pendapatan bunga bersih bank berlogo pita emas ini masih bisa naik 3,75% YoY menjadi Rp 49,08 triliun. Bank berkode emiten BMRI ini menutup periode enam bulan pertama 2024 dengan membukukan laba jumbo. Laba bersih Bank Mandiri tercatat naik 5,22% menjadi Rp 26,55 triliun.
Baca Juga: Mantap, Bank Mandiri Taspen Catatkan Laba Naik 13,74% di Semester I-2024 Contoh lain, ada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang pada periode sama juga mampu meningkatkan kredit sekitar 15,49% YoY menjadi Rp 850 triliun. Sama halnya dengan Bank Mandiri, pertumbuhan kredit BCA juga berada di atas pertumbuhan industri. Pertumbuhan kredit BCA juga memicu kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 7,84% YoY, tertinggi di antara bank KBMI 4 lainnya. Capaian tersebut yang akhirnya turut mendongkrak laba bank milik Djarum Grup ini tumbuh 11,16% atau senilai Rp 26,9 triliun dan menjadi satu-satunya bank KBMI 4 yang mencatat pertumbuhan laba hingga dua digit. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mampu membukukan pertumbuhan laba 0,95% menjadi Rp 29,7 triliun di semester I 2024. Laba BRI tetap menjadi laba terbesar di industri bank tanah air. Pencapaian laba BRI tersebut juga disokong pertumbuhan kredit. Per Juni 2024, kredit yang disalurkan BRI mencapai Rp 1.336,78 triliun atau naik 11,16% YoY. Sejatinya, masih ada satu bank KBMI 4 yang belum merilis kinerja keuangan di semester I-2024, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Namun, jika dilihat laporan bulanan per Mei 2024, BNI mencatat kenaikan laba 1,52% YoY menjadi Rp 8,57 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pertumbuhan kredit Bank Mandiri yang melebihi rata-rata industri perbankan ini tidak lepas dari stabilitas dan perkembangan ekonomi Indonesia, meskipun di tengah dinamika ekonomi global. Ia bilang untuk mendorong pertumbuhan kredit, Bank Mandiri berfokus pada perluasan ekosistem dan optimalisasi potensi di setiap wilayah, guna mencapai hasil maksimal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan nasabah. “Kami mengoptimalkan komposisi portofolio kredit agar profitabilitas tetap terjaga dengan mendorong pertumbuhan pada higher yield segmen,” ujar Darmawan, Rabu (31/7).
Baca Juga: Ini Jurus Bank BRI Jaga NPL UMKM Tetap Rendah Secara rinci, penyaluran kredit Bank Mandiri ke segmen korporasi menjadi kontributor terbesar, dengan realisasi mencapai Rp 561 triliun pada kuartal II 2024, meningkat 29,7% YoY dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 433 triliun. Selain korporasi, segmen komersial mencatat peningkatan kredit sebesar 21,7% YoY menjadi Rp 262 triliun, sementara kredit UMKM meningkat 6,3% YoY mencapai Rp 127 triliun. Diikuti dengan laju kredit konsumer yang meningkat 9,02% YoY menjadi Rp 116 triliun. “Lewat pemetaan bisnis yang tepat, kami yakin Bank Mandiri akan terus tumbuh dan berkembang menjadi bank yang unggul dan berdaya saing di tingkat regional maupun global,” tambah Darmawan. Sependapat, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pertumbuhan laba ditopang ekspansi pembiayaan secara berkualitas. Ditambah, adanya peningkatan volume transaksi dan pendanaan. Adapun, kenaikan pendapatan bunga bersih yang diraih oleh BCA juga didukung oleh likuiditas yang longgar. Alhasil, BCA sama sekali tidak menaikkan bunga deposito yang pada akhirnya beban bunga pun terkendali.
“Di pasar memang terjadi kenaikan suku bunga deposito, yang menunjukkan bahwa pasar semakin ketat. Namun, ada pemain seperti BCA dan beberapa bank lain yang sangat likuid,” tambah Jahja. Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan, di semester kedua ini, kinerja perbankan diharapkan menjadi jauh lebih baik, terlebih lagi dengan kehadiran pilkada yang memang berpotensi untuk meningkatkan aktivitas perbankan. Selain itu potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed juga memberikan angin segar bagi Bank Indonesia (BI) untuk dapat memangkas tingkat suku bunga. Penurunan suku bunga akan mendorong peningkatan penyaluran kredit ke depannya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat