Kredit yang belum ditarik debitur pada semester 1 tumbuh 7,14%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit yang belum ditarik atau undisbursed loan oleh nasabah pada semester I masih mencatatkan peningkatan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada semester 1-2018 menunjukkan, kenaikan undisbursed loan mencapai 7,14% secara tahunan atau year on year (yoy). Pada Juni 2018, kredit yang belum ditarik industri perbankan Rp 1.442,72 triliun. Sedangkan posisi yang sama tahun lalu hanya Rp 1.346,53 triliun.

Kondisi kredit yang belum ditarik oleh nasabah ini diamini oleh PT Bank Mayapada Internasional Tbk. Direktur Utama Mayapada Hariyono Tjahjarijadi menyatakan, hampir semua sektor menjadi penyumbang dalam kredit yang belum ditarik ini.

"Kurang lebih sama dengan industri. Debitur biasa menarik fasilitasnya apabila memang dibutuhkan. Kalau belum ditarik berarti belum dibutuhkan," ujar Hariyono kepada Kontan.co.id pada Minggu (26/8).


Meski demikian, bank dengan sandi saham MAYA di bursa efek ini optimistis dapat menyalurkan kredit yang sudah ada pada semester 1-2018. Namun yang menjadi kunci pencairan kredit, menurut Hariyono, tergantung pada kebutuhan debitur pula.

Hal yang sama juga dirasakan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank dengan logo 46 ini mencatat fasilitas kredit yang belum ditarik pada paruh pertama 2018 sebesar Rp 47,2 triliun. Menurut Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta, nilai ini tumbuh 6,9% secara yoy.

"Kredit yang belum ditarik atau undisbursed loan BNI terbesar di sektor yaitu listrik, air dan gas serta sektor perindustrian. Pencairan atas undisbursed loan ini tentunya disesuaikan dengan kebutuhan debitur akan fasilitas kredit," ujar Herry kepada Kontan.co.id.

Herry memproyeksikan, undisbursed loan pada bank dengan sandi saham BBNI ini dapat lebih optimal seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yg lebih baik pada paruh kedua 2018.

Selain itu, Herry yakin siklus ekonomi yang lebih aktif pada semester II akan mendorong penggunaan kredit dan mampu mengurangi porsi undisbursed loan pada Bank BNI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie