KRI Klewang terbakar, ini jawaban panglima TNI



JAKARTA. Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Agus Suhartono mengaku akan melakukan evaluasi atas musibah kebakaran Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Klewang-625 yang diklaim sebagai kapal berteknologi tercanggih yang dipesan TNI Angkatan Laut.

Evaluasi kapal yang terbakar di pangkalan TNI AL itu dilakukan untuk perbaikan produksi kapal. Agus menyatakan, bahwa KRI Klewang-625 terbakar tersebut belum seutuhnya dirakit. Sebab, masih banyak peralatan belum terpasang di KRI Klewang tersebut.

"Kapal yang terbakar, belum sepenuhnya lengkap dengan peralatannya," kata Agus di Gedung DPR, Jakarta, Senin (1/10). KRI Klewang-625 yang terbakar ini, lanjut Agus, merupakan tanggung jawab produsen kapal.


Karena itu, negara tidak dibebankan untuk mengganti biaya pembuatan kapal yang dibuat dengan anggaran mencapai Rp 114 miliar tersebut. "Yang pertama ini tanggungan mereka harus mengganti, karena kapal itu harus jadi dulu," ungkap Agus.

Selain itu, Agus menepis anggapan dugaan adanya tindak sabotase atas terbakarnya kapal itu. Sebab, terbakarnya KRI Klewang-625 berdekatan dengan jadwal atau agenda akan disahkannya rancangan Undang-Undang Industri Pertahanan, pada 2 Oktober nanti. "Tidak ada (dugaan sabotase). Sementara tidak ada dugaan itu," tutur Agus.

Sebelumnya, kapal berteknologi tercanggih yang dipesan TNI AL saat ini, KRI Klewang-625, terbakar di dekat dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jawa Timur, pada 28 September lalu. Hingga kini belum diketahui penyebab dan tingkat kerusakan akibat peristiwa kebakaran itu.

KRI Klewang-625 berbobot mati 250 ton seukuran 63 meter ini merupakan kapal tipe trimaran (tiga lunas) yang dibangun Lundin Industry Invest, dengan direktur utama John Lundin, di Banyuwangi.

Kapal perang ini dinilai sangat pas untuk keperluan operasional di perairan littoral (laut pesisir), mengingat perairan Indonesia banyak berkarakter laut semacam ini selain laut dalam semisal Laut Banda dan Laut Arafura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri