Usaha penyewaan sepeda menjanjikan keuntungan yang besar. Apalagi, belakangan muncul tren hidup sehat dan ramah lingkungan. Perusahaan-perusahaan pun giat menggelar fun bike bagi karyawan. Ini ceruk pasar yang bisa digarap.Siapa yang tak kenal sepeda. Alat transportasi beroda dua ini sudah dikenal sejak abad ke-18. Kini, selain untuk sarana olahraga, sepeda juga bisa mendatangkan rezeki bagi pemiliknya. Bukan hanya untuk jasa ojek sepeda seperti yang banyak ditemui di kawasan Kota Tua Jakarta, lo. Pemilik juga bisa menyewakan sepedanya. Penyewaan sepeda tidak hanya bisa ditemui di tempat-tempat wisata. Justru, pasar yang besar saat ini adalah perusahaan-perusahaan yang sering menggelar acara fun bike bagi karyawannya. “Sekarang, acara fun bike itu lagi tren. Perusahaan-perusahaan seakan latah membuat kegiatan fun bike untuk memeriahkan acara kantornya,” kisah Hasan Bachri, pemilik penyewaan dan penjualan sepeda di kawasan Plumpang, Jakarta Utara.Demi melihat potensi pasar itu, kini, bermunculan usaha sewa sepeda angin, baik dengan kapasitas besar maupun kecil. Mereka ini, biasanya, kewalahan melayani pesanan ketika pesanan sedang ramai. Simak saja pengakuan Hasan Bachri. “Kapasitas sepeda saya hanya 400 unit. Padahal, tidak sedikit perusahaan yang meminta 800 unit untuk acaranya,” terangnya. Kini, Hasan sedang menyiapkan penambahan 300 unit sepeda. Hasan mensyaratkan, penyewa minimal mesti menyewa 20 unit sepeda di tempatnya. Lain lagi cerita Harminto, pemilik penyewaan sepeda di Yogyakarta. “Sewa sepeda satu pun saya layani kalau harganya cocok,” ujarnya. Maklumlah, Harminto baru menyewakan sepeda dalam partai kecil. Dia hanya bisa melayani penyewaan sepeda hingga 150 unit. Harminto mengungkapkan, sebenarnya permintaan penyewaan sepeda dari perusahaan cukup banyak di Kota Gudeg. Tapi, Harminto tidak bisa melayani penyewaan dalam jumlah besar karena kapasitas sepeda yang dimiliki terbatas. Belum lama ini, ada perusahaan yang meminta 500 sepeda, tapi ia tidak bisa memenuhi. Setiap bulan, dalam kondisi normal, Harminto bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 4 juta-Rp 5 juta dari bisnis penyewaan sepedanya. Keuntungan itu akan semakin besar bila memasuki masa liburan. Belum lagi bila ada penyewa dalam partai besar. “Belum lama ini ada yang sewa 55 sepeda untuk acara reuni. Keuntungan saya sekitar Rp 2,5 juta,” ujarnya. Keuntungan Hasan lebih besar lagi. Dengan kapasitas sepeda yang dimiliki, dari satu event saja, dia bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta. “Per sepeda harga sewanya Rp 75.000 dan sekali sewa 400 unit. Sewa untuk fun bike itu kan cuma beberapa jam saja,” tandasnya. Dalam sebulan, rata-rata, Hasan menyewakan sepedanya sebanyak empat kali. Dengan asumsi jumlah sepeda yang disewakan dalam setiap event sekitar 400 unit, artinya, dalam sebulan, dia bisa mengeruk omzet sekitar Rp 120 juta.Sementara itu, Hasan hanya mengeluarkan biaya Rp 4,5 juta untuk membayar pegawainya mengawal empat event itu. Biaya lainnya adalah gaji dua orang pegawai yang bertugas merawat sepeda sebesar Rp 3 juta per bulan dan biaya reparasi sebesar Rp 2 juta per bulan. “Kalau transportasi untuk angkut sepeda, kebetulan, kami sudah punya truk sendiri. Tapi, kalau mesti sewa paling tidak Rp 500.000 per truk,” ujar Hasan. Untuk biaya lain-lain, Hasan menyediakan biaya Rp 1 juta per bulan. Jadi pengeluaran per bulan hanya Rp 10,5 juta. Jadi, bisa kita bayangkan, keuntungan yang didapat setiap bulan dari usaha ini cukup besar. Trik mencari pasarAnda pun bisa mencicipi nikmatnya bisnis ini. Untuk memulai bisnis ini, ada baiknya, pasar yang dituju sudah jelas. Misalnya, Anda bisa menyasar wisatawan, pelajar, komunitas, atau korporasi. Jika menyasar wisatawan, sebaiknya, lokasi Anda berada dekat dengan objek wisata atau kota yang memiliki tingkat kunjungan wisata yang tinggi, seperti Yogyakarta atau Bali. Salah satu pemain yang menyasar wisatawan adalah Rahmat Prayogo. Bersama teman-temannya di klub sepeda di Bengkulu, ia memanfaatkan sepedanya untuk disewakan kepada wisatawan di kawasan Pantai Panjang. “Kami punya tempat khusus di sana. Buka setiap hari. Awalnya kami melihat wisata Pantai Panjang sangat enak, bisa dinikmati sambil bersepeda,” ujar Rahmat, yang memulai usaha penyewaan ini sejak September 2010.Anda pun harus memahami karakteristik wisatawan di objek wisata tersebut. Ada wisatawan yang suka menyewa secara individual. Namun, ada juga yang suka menyewa secara berkelompok, seperti yang biasa terjadi di Yogyakarta. Harminto bercerita, lokasi di Yogyakarta yang cocok dijelajahi dengan sepeda adalah Desa Wisata Tembi dan kawasan wisata Kota Gede.Agar bisnis sewa sepeda cepat maju, Anda juga bisa bekerjasama dengan perusahaan penyelenggara acara atau event organizer (EO) dan penyedia jasa wisata alias travel agency. Inilah kiat yang ditempuh Herminto. Alhasil, ia biasa menyewakan minimal 20 sepeda tiap kali permintaan sewa datang.Lantaran menyasar wisatawan, ada baiknya, Anda juga menyediakan tour guide alias penunjuk rute jalan. “Saat ini, saya memiliki tiga guide dan satu mekanik yang senantiasa mengawal penyewa sepeda,” ujar Harminto.Pelajar dan komunitas juga bisa menjadi sasaran bisnis sewa sepeda kayuh ini. Sebab, mereka kerap mengadakan acara reuni atau fun bike bersama-sama. “Saya sering melayani acara reuni yang juga menggelar acara bersepeda keliling kampus mereka,” tutur Harminto.Di antara semua pasar, korporasi adalah sasaran yang paling gemuk. Sebab, sekali sewa, jumlahnya bisa ratusan unit. Jadi, keuntungannya pun lebih terasa. “Di kota besar seperti Jakarta, potensial sekali untuk mengembangkan bisnis ini. Tidak semua orang memiliki sepeda, sementara banyak perusahaan yang mengadakan acara sepeda santai,” tutur Hasan.Untuk mempromosikan bisnis Anda, Anda bisa melakukan promosi dari mulut ke mulut. Bisa juga dengan menyebarkan selebaran ke berbagai korporasi dan komunitas. Asyiknya, di zaman internet sekarang ini, dengan gampang, Anda bisa memajang bisnis Anda di situs internet, baik berupa blog maupun domain khusus. Selanjutnya, Anda tinggal memasang sebanyak mungkin link, misalnya di situs jejaring sosial. Modal bisa fleksibelBesar kecilnya modal dalam usaha ini sangat relatif; tergantung sistem usaha yang Anda jalankan. Bila sepeda yang disewakan merupakan milik sendiri yang diperoleh dengan cara membeli, tentu, modal yang dibutuhkan besar. Sebab, sedikitnya, Anda harus memiliki 20 sepeda. “Awal mulanya saya ini hanya jualan sepeda bekas dan baru. Jadi stok sepeda saya dari awal sudah banyak,” kata Hasan. Nah, untuk yang disewakan, kita bisa membeli sepeda bekas layak pakai. Sepeda bekas bisa dibeli seharga Rp 500.000 sampai Rp 1 juta per unit. Sementara harga sepeda baru minimal Rp 1 juta. Bila usaha berkembang, jumlah sepeda bisa ditambah. Tapi kalau Anda yakin, pasarnya jelas dan pasti, Anda bisa langsung membeli dalam jumlah banyak. Bila ingin menekan modal, Anda juga bisa memanfaatkan sepeda orang lain untuk dibisniskan. Langkah ini yang ditempuh Rahmat dan Harminto. Harminto sendiri hanya memiliki empat unit sepeda seharga Rp 1,5 juta per unit. Lantas dia melobi teman-temannya di klub sepeda supaya mereka merelakan sepedanya disewakan. Ia mengikuti dua klub sepeda, yaitu Onthel Be Happy dan Bike Be Happy. Dari dua klub ini, ia bisa mendapat 150 sepeda. Sebagai, imbalan, Anda bisa membuat sistem bagi hasil atau memberi komisi kepada pemilik sepeda. Sisi minus sistem ini, sepeda itu tidak bisa tersedia setiap saat. Sebab, bisa jadi si pemilik sedang memakainya. Untuk menyiasatinya, sewa dalam jumlah besar harus dipesan minimal 4 hari-5 hari sebelumnya. Jadi, Anda punya waktu untuk memberi tahu rekanan.Soal tarif sewa, Anda harus menyesuaikan dengan segmen pasar Anda. Jika Hasan berani memasang tarif Rp 75.000 per sepeda untuk segmen korporasi, Rahmat mematok Rp 10.000 per jam. Dengan tarif ini, Rahmat mengaku bisa mengantongi Rp 600.000 per hari.Adapun soal biaya karyawan, Anda bisa menerapkan sistem gaji atau biaya tetap untuk perawatan rutin plus reparasi. Sementara, untuk guide dan teknisi yang mengawal event, Anda bisa memberi upah atau komisi per event. Risiko order musimanTampaknya, bisnis ini memang menjanjikan. Apalagi, bila Anda memang memiliki hobi bersepeda atau kolektor sepeda. Namun, semua bisnis memiliki risiko. Demikian juga, usaha sewa sepeda angin ini.Risiko dalam bisnis ini terutama terletak pada order sewa yang tidak tentu frekuensi dan jumlahnya. Di lokasi wisata, biasanya, order sewa bersifat musiman. Di musim liburan, sewa bisa sangat ramai. Namun, jika tidak musim liburan, pesanan bisa nihil. “Tidak setiap saat ada. Apalagi aktivitas Merapi masih begini. Jumlah wisatawannya belum banyak,” kata Harminto yang juga bekerja di salah satu Rumah sakit di Kota Gudeg ini.Hasan pun bercerita, kadang-kadang, ia hanya mendapat satu permintaan sewa dalam sebulan. “Akhir tahun dan awal tahun sepi. Sebab, perusahaan fokus ngurusin kantor. Saya sudah dua bulan tidak dapat order,” katanya. Untung, selain menyewakan sepeda, Hasan juga menjual sepeda. Dus, tampaknya, bisnis sewa sepeda ini hanya cocok menjadi usaha sampingan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kring...kring..., sepedaku hasilkan laba bergemerincing
Usaha penyewaan sepeda menjanjikan keuntungan yang besar. Apalagi, belakangan muncul tren hidup sehat dan ramah lingkungan. Perusahaan-perusahaan pun giat menggelar fun bike bagi karyawan. Ini ceruk pasar yang bisa digarap.Siapa yang tak kenal sepeda. Alat transportasi beroda dua ini sudah dikenal sejak abad ke-18. Kini, selain untuk sarana olahraga, sepeda juga bisa mendatangkan rezeki bagi pemiliknya. Bukan hanya untuk jasa ojek sepeda seperti yang banyak ditemui di kawasan Kota Tua Jakarta, lo. Pemilik juga bisa menyewakan sepedanya. Penyewaan sepeda tidak hanya bisa ditemui di tempat-tempat wisata. Justru, pasar yang besar saat ini adalah perusahaan-perusahaan yang sering menggelar acara fun bike bagi karyawannya. “Sekarang, acara fun bike itu lagi tren. Perusahaan-perusahaan seakan latah membuat kegiatan fun bike untuk memeriahkan acara kantornya,” kisah Hasan Bachri, pemilik penyewaan dan penjualan sepeda di kawasan Plumpang, Jakarta Utara.Demi melihat potensi pasar itu, kini, bermunculan usaha sewa sepeda angin, baik dengan kapasitas besar maupun kecil. Mereka ini, biasanya, kewalahan melayani pesanan ketika pesanan sedang ramai. Simak saja pengakuan Hasan Bachri. “Kapasitas sepeda saya hanya 400 unit. Padahal, tidak sedikit perusahaan yang meminta 800 unit untuk acaranya,” terangnya. Kini, Hasan sedang menyiapkan penambahan 300 unit sepeda. Hasan mensyaratkan, penyewa minimal mesti menyewa 20 unit sepeda di tempatnya. Lain lagi cerita Harminto, pemilik penyewaan sepeda di Yogyakarta. “Sewa sepeda satu pun saya layani kalau harganya cocok,” ujarnya. Maklumlah, Harminto baru menyewakan sepeda dalam partai kecil. Dia hanya bisa melayani penyewaan sepeda hingga 150 unit. Harminto mengungkapkan, sebenarnya permintaan penyewaan sepeda dari perusahaan cukup banyak di Kota Gudeg. Tapi, Harminto tidak bisa melayani penyewaan dalam jumlah besar karena kapasitas sepeda yang dimiliki terbatas. Belum lama ini, ada perusahaan yang meminta 500 sepeda, tapi ia tidak bisa memenuhi. Setiap bulan, dalam kondisi normal, Harminto bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp 4 juta-Rp 5 juta dari bisnis penyewaan sepedanya. Keuntungan itu akan semakin besar bila memasuki masa liburan. Belum lagi bila ada penyewa dalam partai besar. “Belum lama ini ada yang sewa 55 sepeda untuk acara reuni. Keuntungan saya sekitar Rp 2,5 juta,” ujarnya. Keuntungan Hasan lebih besar lagi. Dengan kapasitas sepeda yang dimiliki, dari satu event saja, dia bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta. “Per sepeda harga sewanya Rp 75.000 dan sekali sewa 400 unit. Sewa untuk fun bike itu kan cuma beberapa jam saja,” tandasnya. Dalam sebulan, rata-rata, Hasan menyewakan sepedanya sebanyak empat kali. Dengan asumsi jumlah sepeda yang disewakan dalam setiap event sekitar 400 unit, artinya, dalam sebulan, dia bisa mengeruk omzet sekitar Rp 120 juta.Sementara itu, Hasan hanya mengeluarkan biaya Rp 4,5 juta untuk membayar pegawainya mengawal empat event itu. Biaya lainnya adalah gaji dua orang pegawai yang bertugas merawat sepeda sebesar Rp 3 juta per bulan dan biaya reparasi sebesar Rp 2 juta per bulan. “Kalau transportasi untuk angkut sepeda, kebetulan, kami sudah punya truk sendiri. Tapi, kalau mesti sewa paling tidak Rp 500.000 per truk,” ujar Hasan. Untuk biaya lain-lain, Hasan menyediakan biaya Rp 1 juta per bulan. Jadi pengeluaran per bulan hanya Rp 10,5 juta. Jadi, bisa kita bayangkan, keuntungan yang didapat setiap bulan dari usaha ini cukup besar. Trik mencari pasarAnda pun bisa mencicipi nikmatnya bisnis ini. Untuk memulai bisnis ini, ada baiknya, pasar yang dituju sudah jelas. Misalnya, Anda bisa menyasar wisatawan, pelajar, komunitas, atau korporasi. Jika menyasar wisatawan, sebaiknya, lokasi Anda berada dekat dengan objek wisata atau kota yang memiliki tingkat kunjungan wisata yang tinggi, seperti Yogyakarta atau Bali. Salah satu pemain yang menyasar wisatawan adalah Rahmat Prayogo. Bersama teman-temannya di klub sepeda di Bengkulu, ia memanfaatkan sepedanya untuk disewakan kepada wisatawan di kawasan Pantai Panjang. “Kami punya tempat khusus di sana. Buka setiap hari. Awalnya kami melihat wisata Pantai Panjang sangat enak, bisa dinikmati sambil bersepeda,” ujar Rahmat, yang memulai usaha penyewaan ini sejak September 2010.Anda pun harus memahami karakteristik wisatawan di objek wisata tersebut. Ada wisatawan yang suka menyewa secara individual. Namun, ada juga yang suka menyewa secara berkelompok, seperti yang biasa terjadi di Yogyakarta. Harminto bercerita, lokasi di Yogyakarta yang cocok dijelajahi dengan sepeda adalah Desa Wisata Tembi dan kawasan wisata Kota Gede.Agar bisnis sewa sepeda cepat maju, Anda juga bisa bekerjasama dengan perusahaan penyelenggara acara atau event organizer (EO) dan penyedia jasa wisata alias travel agency. Inilah kiat yang ditempuh Herminto. Alhasil, ia biasa menyewakan minimal 20 sepeda tiap kali permintaan sewa datang.Lantaran menyasar wisatawan, ada baiknya, Anda juga menyediakan tour guide alias penunjuk rute jalan. “Saat ini, saya memiliki tiga guide dan satu mekanik yang senantiasa mengawal penyewa sepeda,” ujar Harminto.Pelajar dan komunitas juga bisa menjadi sasaran bisnis sewa sepeda kayuh ini. Sebab, mereka kerap mengadakan acara reuni atau fun bike bersama-sama. “Saya sering melayani acara reuni yang juga menggelar acara bersepeda keliling kampus mereka,” tutur Harminto.Di antara semua pasar, korporasi adalah sasaran yang paling gemuk. Sebab, sekali sewa, jumlahnya bisa ratusan unit. Jadi, keuntungannya pun lebih terasa. “Di kota besar seperti Jakarta, potensial sekali untuk mengembangkan bisnis ini. Tidak semua orang memiliki sepeda, sementara banyak perusahaan yang mengadakan acara sepeda santai,” tutur Hasan.Untuk mempromosikan bisnis Anda, Anda bisa melakukan promosi dari mulut ke mulut. Bisa juga dengan menyebarkan selebaran ke berbagai korporasi dan komunitas. Asyiknya, di zaman internet sekarang ini, dengan gampang, Anda bisa memajang bisnis Anda di situs internet, baik berupa blog maupun domain khusus. Selanjutnya, Anda tinggal memasang sebanyak mungkin link, misalnya di situs jejaring sosial. Modal bisa fleksibelBesar kecilnya modal dalam usaha ini sangat relatif; tergantung sistem usaha yang Anda jalankan. Bila sepeda yang disewakan merupakan milik sendiri yang diperoleh dengan cara membeli, tentu, modal yang dibutuhkan besar. Sebab, sedikitnya, Anda harus memiliki 20 sepeda. “Awal mulanya saya ini hanya jualan sepeda bekas dan baru. Jadi stok sepeda saya dari awal sudah banyak,” kata Hasan. Nah, untuk yang disewakan, kita bisa membeli sepeda bekas layak pakai. Sepeda bekas bisa dibeli seharga Rp 500.000 sampai Rp 1 juta per unit. Sementara harga sepeda baru minimal Rp 1 juta. Bila usaha berkembang, jumlah sepeda bisa ditambah. Tapi kalau Anda yakin, pasarnya jelas dan pasti, Anda bisa langsung membeli dalam jumlah banyak. Bila ingin menekan modal, Anda juga bisa memanfaatkan sepeda orang lain untuk dibisniskan. Langkah ini yang ditempuh Rahmat dan Harminto. Harminto sendiri hanya memiliki empat unit sepeda seharga Rp 1,5 juta per unit. Lantas dia melobi teman-temannya di klub sepeda supaya mereka merelakan sepedanya disewakan. Ia mengikuti dua klub sepeda, yaitu Onthel Be Happy dan Bike Be Happy. Dari dua klub ini, ia bisa mendapat 150 sepeda. Sebagai, imbalan, Anda bisa membuat sistem bagi hasil atau memberi komisi kepada pemilik sepeda. Sisi minus sistem ini, sepeda itu tidak bisa tersedia setiap saat. Sebab, bisa jadi si pemilik sedang memakainya. Untuk menyiasatinya, sewa dalam jumlah besar harus dipesan minimal 4 hari-5 hari sebelumnya. Jadi, Anda punya waktu untuk memberi tahu rekanan.Soal tarif sewa, Anda harus menyesuaikan dengan segmen pasar Anda. Jika Hasan berani memasang tarif Rp 75.000 per sepeda untuk segmen korporasi, Rahmat mematok Rp 10.000 per jam. Dengan tarif ini, Rahmat mengaku bisa mengantongi Rp 600.000 per hari.Adapun soal biaya karyawan, Anda bisa menerapkan sistem gaji atau biaya tetap untuk perawatan rutin plus reparasi. Sementara, untuk guide dan teknisi yang mengawal event, Anda bisa memberi upah atau komisi per event. Risiko order musimanTampaknya, bisnis ini memang menjanjikan. Apalagi, bila Anda memang memiliki hobi bersepeda atau kolektor sepeda. Namun, semua bisnis memiliki risiko. Demikian juga, usaha sewa sepeda angin ini.Risiko dalam bisnis ini terutama terletak pada order sewa yang tidak tentu frekuensi dan jumlahnya. Di lokasi wisata, biasanya, order sewa bersifat musiman. Di musim liburan, sewa bisa sangat ramai. Namun, jika tidak musim liburan, pesanan bisa nihil. “Tidak setiap saat ada. Apalagi aktivitas Merapi masih begini. Jumlah wisatawannya belum banyak,” kata Harminto yang juga bekerja di salah satu Rumah sakit di Kota Gudeg ini.Hasan pun bercerita, kadang-kadang, ia hanya mendapat satu permintaan sewa dalam sebulan. “Akhir tahun dan awal tahun sepi. Sebab, perusahaan fokus ngurusin kantor. Saya sudah dua bulan tidak dapat order,” katanya. Untung, selain menyewakan sepeda, Hasan juga menjual sepeda. Dus, tampaknya, bisnis sewa sepeda ini hanya cocok menjadi usaha sampingan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News