KONTAN.CO.ID - MOSCOW. Meski sempat mengalami tekanan, kinerja mata uang kripto mulai berperilaku menyerupai aset
safe haven. Harga bitcoin dan token digital terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus naik pada Selasa (1/3) di tengah serangan Rusia yang terus meningkat ke Ukraina. Yahoo Finance mencatatkan pergerakan kripto lebih tinggi dan terus signifikan mengingat sektor tersebut telah diperdagangkan secara virtual. Di sisi lain, investor pada hari Selasa ketakutan dari lonjakan harga minyak yang dipicu oleh kebakaran di Eropa Timur. Lonjakan harga koin digital kini tak lagi hanya menggambarkan kondisi saat ini, tetapi juga ekspektasi masa depan. Investor juga telah menemukan tema kuat yang kemungkinan akan menonjol dalam perdebatan tentang pengawasan uang kripto terlepas dari bagaimana krisis Rusia terjadi.
Ipek Ozkardeskaya, Analis Senior Swissquote Bank menilai bitcoin bisa menjadi tempat berlindung yang potensial bagi oligarki Rusia yang menghindari sanksi. Pasalnya, tidak akan ada sensor pada jaringan Bitcoin dan transaksi mata uang kripto. "Cryptocurrency dapat bertindak sebagai penyimpan nilai yang kuat untuk sebagian besar kepemilikan yang tidak perlu likuid," kata dia.
Baca Juga: Bukan Bitcoin, Dogecoin, Harga 5 Uang Kripto yang Diprediksi Melesat Awal Maret 2022 Langkah dramatis yang mengisolasi Presiden Rusia Vladimir Putin dengan membekukan negaranya keluar dari sistem keuangan global telah menyebabkan sejumlah efek beruntun. Oligarki yang memiliki koneksi ke Putin berebut untuk memindahkan semua jenis aset. Tujuannya, agar tidak disita oleh pejabat pemerintah. Sedangkan Swiss telah meninggalkan netralitas tradisionalnya dan membekukan aset orang kaya Rusia. Bahkan, sistem milik Rusia terkunci di SWIFT sebagai sistem saraf keuangan global. Semua hal di atas menunjukkan meningkatnya keputusasaan yang harus dirasakan warga Rusia ketika dunia menargetkan otokrat yang memerintahkan invasi terhadap Ukraina, dan oligarki yang mendukungnya. Memang, Kripto terkenal bergejolak dan rentan terhadap peretasan dan penipuan. Namun, mata uang baru ini memiliki daya tarik terdesentralisasi yang membuatnya sulit untuk melacak dan mengontrol arus pergerakannya. Sektor ini berkembang menjadi sesuatu yang aman bagi mereka yang perlu menghindari firewall yang didirikan di sekitar keuangan tradisional. Itulah sebabnya Ukraina telah menjadi sarang bagi aliran mata uang kripto baik ilegal maupun sah. Ini membuat berbagai orang dari dari seluruh dunia menyumbangkan uangnya dalam bentuk kripto kepada warga negara yang terkepung. Itu juga mengapa regulator sekarang bersandar pada pertukaran kripto untuk memblokir semua aliran dari Rusia. Namun permintaan ini ditolak oleh Binance sebagai platform perdagangan crypto terbesar di dunia.
Bea O'Carroll, Direktur Pelaksana Radkl mengatakan perang dan sanksi-sanksi Barat memicu tren penggunaan bitcoin untuk mentransfer nilai. Radkl adalah sebuah perusahaan investasi aset digital.
Baca Juga: Intip 5 Aset Kripto Yang Berpotensi Bullish Pada Minggu Ini Menurut O'Carroll, pada dasarnya memiliki mata uang yang tidak dikendalikan oleh pemerintah dan tidak terpengaruh oleh tindakan darurat itu sangat menarik. "Mungkin begitulah cara Rusia menggerakkan nilainya (dan) sama halnya di sisi lain (yaitu) ada (semacam) inilah cara orang mendapatkan nilai bagi Ukraina," kata dia. Dalam lima hari sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, bitcoin telah meningkat 13%. Indeks saham S&P 500 Amerika Serikat (AS) yang sering ditiru nya, naik sekitar 2%. Adapun emas sebagai portofolio keamanan tradisional, kini sebagian besar mendatar setelah naik sebanyak 3,5% pada hari invasi.
Editor: Herlina Kartika Dewi