KONTAN.CO.ID -WASHINGTON. Kripto alias
cryptocurrency turun menjadi US $ 47.400 atau sekitar Rp 668,34 juta per keping pada perdagangan Senin, 22 Januari kemarin. Ini adalah level terendah kripto selama sepekan. Mata uang kripto ini kehilangan hampir 17% nilainya, atau sekitar US$ 160 miliar dari total kapitalisasi pasarnya. Bitcoin misalnya dalam perdagangan Senin 22 Januari turun sekitar 5,5% di level US$ 54.322, ini adalah kinerja terburuk sejak 27 Januari. Kapitalisasi pasar Bitcoin hanya di bawah US$ 1 triliun. “Ini koreksi standar setelah naik sebesar ini untuk melihat kemunduran. Dislokasi pasar yang biasa terlihat, ”kata Charles Hayter, Kepala Eksekutif Penyedia data crypto CryptoCompare di London, seperti dikutip dari Reuters, Senin (22/2)
Baca Juga: Hati-hati! Janet Yellen rilis peringatan tentang bahaya bitcoin Bitcoin pada perdagangan Minggu, 21 Januari masih mendaki ke puncak US$ 58.354, naik lebih dari 80% di tahun ini. Sejak mencapai titik terendah pada bulan Maret 2020 yakni di bawah US$ 4.000, bitcoin telah melonjak hampir 1.200%. Bos Tesla Inc Elon Musk menjadi salah satu penambah bahan bakar mata uang ini setelah menyebut dalam tweet-nya menjadikan bitcoin sebagai salah satu asetnya. Dalam Tweetnya pekan lalu, Musk juga menyebut harga bitcoin dan mata uang kripto ethereum saingannya tampak tinggi. Adapun Ethereum cenderung bergerak turun bersamaan dengan bitcoin, setelah mencapai rekor tertinggi pada hari Sabtu. Ini mencapai level terendah tiga minggu pada hari Senin dan terakhir turun sekitar 8,2% pada US$ 1.774. Platform perdagangan IG mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah mencapai batasnya untuk jumlah
cryptocurrency yang dimilikinya sebagai bisnis dan tidak lagi menerima pesanan pembelian
cryptocurrency baru dari klien. Menteri Keuangan AS Janet Yellen disebut pasar sebagai salah satu pemadam aksi reli kenaikan mata uang kripto. Metnyusul peryataan Yellen yang menyebut bitcoin sangat tidak efisien dalam transaksi dan merupakan aset yang sangat spekulatif. Tapi Ross Middleton, salah satu pendiri pertukaran cryptocurrency DeversiFi menyebut bahwa aksi jual di seluruh papan minggu ini adalah hasil dari beberapa pelonggaran minggu lalu, serta pelepasan posisi
buy yang sangat dibutuhkan. Bitcoin dalam perkembangannya kian diterima, Kenaikan meteorik Bitcoin telah dipicu oleh tanda-tanda bahwa Bitcoin semakin diterima di kalangan investor dan perusahaan besar seperti Tesla dan Mastercard Inc hingga BNY Mellon. Hanya saja, kontra juga terjadi atas perkembangan mata uang kripto, salah satunya dari otoritas pemerintahan AS. Salah satunya Menkeu Yellen yang mengeluarkan kekhawatiran atas bahaya yang ditimbulkan bitcoin bagi investor maupun publik. Yellen menyebut,
pertama, penggunaan kripto atau bitcoin masih banyak pertanyaan penting soal legitimasi dan stabilitas bitcoin. Ini membuatnya meragukannya. "Saya tidak berpikir bahwa bitcoin dapat digunakan sebagai mekanisme transaksi," katanya dalam sebuah konferensi di AS, seperti dari Reuters Selasa (23/2). Ia menyebut bitcoin beredar dalam transaksi yang gelap. “Ini adalah cara yang sangat tidak efisien dalam transaksi, dengan nampak ada keuatan luar biasa dalam proses transaksi yang sangat mencengangkan . Misalnya, penambangan bitcoin mengharuskan pengguna untuk menyelesaikan persamaan matematika yang kompleks dengan menggunakan pengaturan komputer bertenaga tinggi. Sangat tingginya konsumsi listrik, Digicomist menyebut konsumsi listrik yang digunakan dalam proses tersebut meninggalkan jejak karbon tahunan yang sama dengan negara Selandia Baru.
Kedua, kata Yellen, bitcoin juga dianggap sebagai alat sejumlah aktivitas ilegal karena penggunaannya yang sulit dilacak.
Ketiga, volatilitas yang tinggi karena harga mata uang kripto telah mencapai puncak dan bisa turun tajam dalam perdagangannya "Ini adalah aset yang sangat spekulatif dan Anda tahu saya pikir orang harus sadar bahwa ini bisa sangat tidak stabil dan saya khawatir tentang potensi kerugian yang dapat diderita investor," kata Yellen. Sementara itu, berbagai lembaga pemerintah kini mulai memikirkan gagasan membuat mata uang digital sebagai alternatif transaksi di masa depan. Harapannya membuka sistem pembayaran global bagi mereka yang tidak memiliki akses. The Fed, bank sentral AS misalnya, tengah mempelajari ini. Para petinggi membahas kemungkinan mata uang baru digital bersama dengan sistem pembayaran yang diharapkan akan diluncurkan beberapa tahun ke depan.
Ekonom kawakan berdarah Yahudi-Iran Nouriel Roubini atau biasa dikenal Dr. Doom, menyebut sistem moneter zaman batu masih lebih baik dari bitcoin. "Secara fundamental, bitcoin bukanlah mata uang. Itu bukan unit akun, juga bukan alat pembayaran yang terukur, dan bukan penyimpan nilai (store of value) yang stabil," kata Roubini, dilansir Business Insider pada Rabu (18/2). Kata dia, menyebut bitcoin sebagai mata uang kripto adalah keliru. “Itu bahkan bukan sebuah aset," kata dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana