JAKARTA. Krisis bahan baku plastik berupa polipropilena (PP) ternyata berdampak serius terhadap kinerja industri air minum dalam kemasan (AMDK). Buktinya, gara-gara krisis bahan baku plastik itu, produsen AMDK merevisi target penjualan tahun ini. Awalnya, produsen menargetkan penjualan tahun ini tumbuh 15% dibanding tahun lalu yang mencapai 12,4 miliar liter. Tapi belakangan, mereka merevisi target pertumbuhan itu menjadi 10% saja. Sampai saat ini, produsen AMDK masih kesulitan mendapat bahan baku plastik. Kondisi ini berlangsung sejak Januari lalu. Kalau pun bahan baku plastik tersedia di pasaran, harganya sudah naik. "Harga PP yang tadinya US$ 900 per ton, kini US$ 1.500 per ton," ujar Willy Sidharta, Ketua Umum Asosiasi Industri Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), akhir pekan lalu.
Krisis Bahan Baku, Bisnis Air Kemasan Terjepit
JAKARTA. Krisis bahan baku plastik berupa polipropilena (PP) ternyata berdampak serius terhadap kinerja industri air minum dalam kemasan (AMDK). Buktinya, gara-gara krisis bahan baku plastik itu, produsen AMDK merevisi target penjualan tahun ini. Awalnya, produsen menargetkan penjualan tahun ini tumbuh 15% dibanding tahun lalu yang mencapai 12,4 miliar liter. Tapi belakangan, mereka merevisi target pertumbuhan itu menjadi 10% saja. Sampai saat ini, produsen AMDK masih kesulitan mendapat bahan baku plastik. Kondisi ini berlangsung sejak Januari lalu. Kalau pun bahan baku plastik tersedia di pasaran, harganya sudah naik. "Harga PP yang tadinya US$ 900 per ton, kini US$ 1.500 per ton," ujar Willy Sidharta, Ketua Umum Asosiasi Industri Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), akhir pekan lalu.