Krisis berlanjut, investor baru Thailand akan lari



BANGKOK. Meski guncangan politik di Thailand cukup tinggi, namun hal itu tidak membuat investor jangka panjang Negeri Gajah Putih tersebut cemas. Namun, krisis politik di Thailand dipastikan akan membuat lari dana asing baru. Apalagi, sejumlah perusahaan Thailand tengah berekspansi untuk meningkatkan pangsa pasarnya ke sejumlah negara, seperti Indonesia. Seperti yang diketahui, para demonstran di Thailand sudah melakukan aksi unjuk rasa sejak November tahun lalu dengan pusat aksi di Bangkok. Tujuan mereka tak lain untuk menggulingkan pemerintahan sekarang karena dianggap sarat dengan nepotisme dan korupsi. Mereka juga mengancam untuk menghentikan pemilu yang dijadwalkan akan digelar pada 2 Februari mendatang. "Berdasarkan guncangan politik yang terjadi, invesor asing kemungkinan akan beralih ke sejumlah megara lain seperti Indonesia, Vietnam, dan Myanmar," jelas Kyoichi Tanada, president of Toyota unit Thailand pada pekan investor. Tanada juga menambahkan, sebenarnya banyak investor yang mau berinvestasi di Thailand. Namun, jika situasinya belum juga terselesaikan, mereka yang sudah  berinvestasi tidak akan hengkang dari Thailand. "Hanya saja, apakah mereka mau menambahkan dana investasi mereka, hal itu masih menjadi pertanyaan," ujar Tanada. Thailand mendapatkan lebih dari separuh investasi asing langsung dari Jepang. Diprediksi, jika belum ada penyelesaian politik, dikhawatirkan defisit neraca perdagangan Thailand akan semakin membengkak dan kembali menyentuh rekor tertingginya. Apalagi, Thailand merupakan pasar mobil terbesar di Asia Tenggara dan menjadi basis produksi dan ekspor sejumlah pabrik utama dunia seperti Toyota, Nissan Motor, dan Ford Motor. Thailand juga menjadi pusat produksi global untuk hard disk bagi pemain-pemain besar internasional, sebut saja Seagate Technology dan Western Digital. Chief economist Siam Commercial Bank, Sutapa Amornvivat, menilai, tahun ini akan menjadi tahun yang cukup berat bagi Thailand. "Rendahnya tingkat ekspor dan rendahnya anggaran belanja konsumen dari 2013 menyebabkan rata-rata utilisasi kapasitas Thailand terbilang rendah yakni sekitar 64%. Di sisi lain, terjadi pertumbuhan cadangan produksi yang cukup tinggi," urai Amornvivat. Dia memprediksi, pertumbuhan private investment di Thailand akan berkisar 3% di 2014. Angka ini jauh lebih rendah dari tingkat pertumbuhan rata-rata private investment Thailand per 10 tahun yang mencapai 6%."Namun, di atas tahun 2014, kami rasa Thailand masih menjadi pasar yang sangat menarik," jelas Amornvivat.


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie