Krisis Datang, Pasar Kondominium Meradang



JAKARTA. Pasar kondominium megap-megap. Berdasarkan riset terbaru Cushman Wakefield di kuartal empat 2008, pasar kondominium mengalami klimaks. Tingkat hunian tetap rendah di level 62,1%. Itu artinya, terjadi penurunan sebesar 0,5% dari kuartal sebelumnya. Bahkan dari 3.700 unit yang dijadwalkan selesai di akhir 2009, ternyata hanya 770 unit dari tiga proyek yang sesuai jadwal. Tiga proyek itu adalah Nirvana Kemang, The Regatta di Pantai Mutiara dan Thamrin Residence. Proyek tersebut menambah pasokan kumulatif kondominium menjadi 68.514 unit, meningkat 1,1 dari kuartal sebelumnya. Sementara itu, dari 2.000 unit proyek rusunami, hanya satu proyek dengan jumlah 530 unit yaitu City Park tower A dan B di Cengkareng yang telah serah terima sesuai jadwal. Riset bertajuk Jakarta Multifamily residential itu juga menyebutkan, unit kondominium yang sudah terbangun kebanyakan berlokasi di area sekunder atau di luar area CBD, yaitu 66,4% dari total pasokan sebanyak 45.464 unit. Sedangkan unit di daerah CDB mencapai 25,9% atau 17.732 unit. Di area primer terutama di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat mencapai 7,7% dari total pasokan. Hasil survey juga mencatat, beberapa pengembang cenderung mempertahankan harga penawaran mereka pada level pada saat ini sebagai langkah antisipatif terhadap kondisi krisis ekonomi global. Bagaimana dari sisi harga? Hasil riset menyebutkan, meski ada kenaikan harga, namun jumlahnya tidak terlalu signifikan. Harga rata-rata di area CBD naik sebesar 2,3% menjadi Rp 15,51 juta per meter persegi. Sedangkan di area primer naik sebesar 0,9% menjadi Rp 15,07 juta per meter persegi. "Ke depan para pengembang akan terus menerapkan strategi yang lebih aktif untuk mempertahankan pembeli lama dan menarik pembeli baru yang potensial, salah satunya dengan menawarkan metode pembayaran yang lebih fleksibel," ujar Wira Agus Kepala Riset Cushman Wakefield Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie