Krisis di Mesir dongkrak harga teh di Indonesia



JAKARTA. Harga lelang teh bulan Februari 2011 ini semakin mewangi. Dadang Juanda, Ketua Lelang Teh Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara (KBP PTPN), mengatakan, harga semua jenis teh pada lelang mingguan hari Rabu (16/2) pekan lalu naik dibandingkan harga teh pada lelang satu pekan sebelumnya.

Ia mencontohkan, teh jenis orthodox Rabu minggu lalu terjual dengan harga harga US$ 2,03 per kilogram (kg). Harga itu 2% lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada lelang pekan sebelumnya, yakni US$ 1,99 per kg.

Harga teh jenis cutting, tearing, curling (CTC) malah meningkat 5% dalam lelang minggu lalu, yaitu menjadi US$ 2,27 per kg dari US$ 2,16 per kg di Rabu sebelumnya.


Dadang mengatakan, kenaikan harga teh disebabkan kekhawatiran pasar akibat krisis politik yang melanda Mesir. Soalnya, selama ini Mesir adalah produsen teh yang besar. Negara ini memasok sekitar 21% kebutuhan teh dunia terutama untuk kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Krisis politik di Mesir membuat pasokan teh di pasar dunia sedikit terganggu.

Akibatnya, sejumlah negara di Eropa dan Amerika mengalihkan pembelian tehnya ke negara lain, salah satunya Indonesia. "Otomatis harga teh di sini naik," jelas Dadang kepada KONTAN, Selasa (22/2).

Faktor lain yang mendorong naiknya harga adalah membaiknya kualitas teh. Dadang menyebutkan, kualitas teh Indonesia yang dilelang minggu kemarin lebih baik daripada sebelumnya, sehingga makin digemari oleh pembeli dari Eropa dan AS. "Mereka (pembeli Eropa dan AS) mulai gencar mengambil teh Indonesia," jelas Dadang.

Sementara itu, Gamal Nasir, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, pemerintah menargetkan produksi teh tahun ini naik sekitar 2% menjadi 153.000 ton dari realisasi tahun 2010 sebesar 150.000 ton.

Untuk mencapai target itu, langkah yang dilakukan adalah intensifikasi produksi. "Kami punya target produksi teh untuk satu hektare (ha) antara 8.000-10.000 ton," kata Gamal. Kementan mencatat sudah tersedia lahan seluas 123.554 ha untuk perkebunan teh.

Gamal menambahkan, untuk peningkatan produksi, pemerintah juga menjajaki kerja sama dengan Sri Langka. Maklum, Sri Langka sudah lebih dulu memiliki teknologi pengelolaan kebun teh dibandingkan Indonesia. "Kami masih tahap negosiasi kerjasama ini," tandas Gamal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini