BEIJING. Hubungan diplomatik antara dua negara dengan perekonomian terbesar di Asia, China-Jepang, semakin memburuk. Bahkan, dapat dikatakan, kedua negara mengalami krisis diplomatik terburuk sejak 2005 silam. Kondisi ini mengancam hubungan perdagangan antar kedua negara yang nilainya sudah melonjak tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir menjadi US$ 340 miliar. Pasca pemerintah Jepang mengumumkan akan membeli pulau yang diklaim oleh kedua negara, aksi demonstrasi anti-Jepang di China semakin meluas. Kondisi itu juga mengakibatkan sejumlah perusahaan ternama Jepang tak beroperasi seiring dengan perusakan properti dan fasilitas oleh massa yang marah di China. Beberapa perusahaan tersebut antara lain Toyota Motor Corp, Honda Motor Co, dan Panasonic Corp. Panasonic dan Canon Inc memberikan konfirmasi menutup pabrik mereka sejak 16 September hingga hari ini (18/9). Sedangkan China Automobile Dealers Association memprediksi, aksi protes akan memukul penjualan Toyota, Honda, dan Nisssan Motor Co di China melebihi dampak gempa bumi disertai tsunami dahsyat pada 11 Maret 2011 lalu. "Semakin memburuknya persengketaan wilayah menambah ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi Jepang saat ini sangat tergantung pada China. Ekonomi Jepang akan terpukul dan proses pemulihan ekonomi akan terhambat. Sedangkan China hanya akan merasakan dampak kecil akibat masalah ini," papar Liu Li-Gang, ekonom Australia & New Zealand Banking Group Ltd. Sekadar informasi, pada 2011, China merupakan pasar terbesar bagi barang ekspor Jepang. Sedangkan Jepang merupakan pasar keempat terbesar bagi produk ekspor China. Tahun lalu, nilai pengiriman China ke Jepang mencapai US$ 148,3 miliar. Sementara nilai impor China terhadap barang-barang Jepang mencapai US$ 194,6 miliar.
Krisis diplomatik China-Jepang terburuk sejak 2005
BEIJING. Hubungan diplomatik antara dua negara dengan perekonomian terbesar di Asia, China-Jepang, semakin memburuk. Bahkan, dapat dikatakan, kedua negara mengalami krisis diplomatik terburuk sejak 2005 silam. Kondisi ini mengancam hubungan perdagangan antar kedua negara yang nilainya sudah melonjak tiga kali lipat dalam satu dekade terakhir menjadi US$ 340 miliar. Pasca pemerintah Jepang mengumumkan akan membeli pulau yang diklaim oleh kedua negara, aksi demonstrasi anti-Jepang di China semakin meluas. Kondisi itu juga mengakibatkan sejumlah perusahaan ternama Jepang tak beroperasi seiring dengan perusakan properti dan fasilitas oleh massa yang marah di China. Beberapa perusahaan tersebut antara lain Toyota Motor Corp, Honda Motor Co, dan Panasonic Corp. Panasonic dan Canon Inc memberikan konfirmasi menutup pabrik mereka sejak 16 September hingga hari ini (18/9). Sedangkan China Automobile Dealers Association memprediksi, aksi protes akan memukul penjualan Toyota, Honda, dan Nisssan Motor Co di China melebihi dampak gempa bumi disertai tsunami dahsyat pada 11 Maret 2011 lalu. "Semakin memburuknya persengketaan wilayah menambah ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi Jepang saat ini sangat tergantung pada China. Ekonomi Jepang akan terpukul dan proses pemulihan ekonomi akan terhambat. Sedangkan China hanya akan merasakan dampak kecil akibat masalah ini," papar Liu Li-Gang, ekonom Australia & New Zealand Banking Group Ltd. Sekadar informasi, pada 2011, China merupakan pasar terbesar bagi barang ekspor Jepang. Sedangkan Jepang merupakan pasar keempat terbesar bagi produk ekspor China. Tahun lalu, nilai pengiriman China ke Jepang mencapai US$ 148,3 miliar. Sementara nilai impor China terhadap barang-barang Jepang mencapai US$ 194,6 miliar.