Krisis Finansial, Ekspatriat Sokong Bisnis Properti



JAKARTA. Ada angin segar buat dunia properti di tengah krisis finansial. Orang asing yang berminat membeli properti dalam negeri akan semakin meningkat. Di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, diperkirakan akan membuat orang asing semakin tergiur memiliki properti di Indonesia. Tentu saja hal ini membuat pertumbuhan properti bisa terus terjaga.Hiramsyah Thaib Direktur Utama PT Bakrieland Development mengatakan bahwa ke depan orang asing yang tinggal di Indonesia akan tak segan-segan lagi mengeluarkan kocek untuk memiliki properti. "Potensinya sangat besar, karena orang asing ini bisa membeli dengan harga lebih murah," ujarnya akhir pekan lalu.Orang asing yang bekerja di Indonesia atau biasa disebut ekspatriat ini akan benar-benar memanfaatkan lemahnya nilai tukar rupiah ini, karena kebanyakan mempunyai penghasilan dalam bentuk dollar. Ekspatriat yang berminat di antaranya adalah para pebisnis yang berusaha di Indonesia, pekerja asing, ataupun para pelajar.Potensi ini sudah terlihat dari penjualan The Wave Epicentrum, sebuah  proyek apartemen di kawasan Kuningan yang sedang dikerjakan oleh pengembang grup Bakrie ini. Dari unit apartemen Wave yang sudah laku sekitar 431 unit dari total pembangunan tahap pertama sebanyak 861 unit, 5% di antaranya sudah diborong oleh orang asing. Padahal apartemen ini baru dimulai pembangunannya.Chief Marketing Officer PT Bakrie Swasakti Utama, Ferry S Supandji mengatakan jumlah itu akan semakin bertambah melihat nilai tukar rupiah yang masih terus naik turun ini. "Porsi asing akan semakin terlihat pertumbuhannya kalau kondisinya tak terlalu berubah" ujarnya. Menurut Ferry, pembelian properti oleh orang asing sudah terlihat pada apartemen Rasuna yang dimiliki oleh Grup Bakrie ini juga. "Ada 30% dari selruh penghuni apartemen Rasuna adalah orang asing," ujar Ferry. Tentu saja ini angin segar buat pertumbuhan properti yang sedang melesu.Sementara Handoyo Kristianto Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Real Estate Indonesia menuturkan bahwa pembelian properti oleh orang asing di Indonesia masih kalah dengan negara seperti Singapura dan Malaysia. "Disana status kepemilikannya jelas dan lama," ujar Handoyo. Makanya pertumbuhan properti oleh orang asing ini akan semakin kencang kalau saja pemerintah mau merubah prosedur kepemilikan oleh orang asing. Saat ini asing hanya bisa memiliki hak pakai selama 25 tahun lalu bisa diperpanjang hingga 70 tahun. "Kalau saja prosedurnya tidak terlalu ribet, maka asing akan semakin tertarik," ujarnya. Apalagi kalau melihat potensi properti terutama di daerah seperti Jakarta, Bali dan Batam. "Ini bisa memberikan devisa buat negara," ujarnya lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: