Krisis global meredam aksi merger dan akuisisi



JAKARTA. Kondisi perekonomian global yang masih memburuk, menyebabkan merger dan akuisisi (M&A) global menyusut. Perusahaan-perusahaan seluruh dunia mengumumkan rencana akuisisi US$ 446 miliar sejak akhir Juni hingga saat ini.

Berdasarkan catatan Bloomberg, angka tersebut merupakan angka kuartalan terendah sejak kuartal ketiga 2009. Data Thomson Reuters menunjukkan, angka akuisisi turun sekitar 18% di kuartal ketiga hingga pertengahan September 2012, dibandingkan kuartal ketiga tahun lalu.

Meski total dana segar milik perusahaan yang bisa dimanfaatkan untuk akuisisi mencapai sekitar US$ 3,45 triliun, rupanya para CEO perusahaan dunia mengerem akuisisi perusahaan lain. Kelesuan ekonomi global telah mengerem akuisisi di tahun ini.


Alhasil, total nilai akuisisi diperkirakan turun 15% tahun ini menjadi US$ 2 triliun. Ini angka terendah dalam tiga tahun terakhir.

Data awal Thomson Reuters per 18 September menunjukkan, selama sembilan bulan pertama tahun ini, nilai rencana akuisisi turun 17% menjadi US$ 1,58 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni US$ 1,89 triliun. Hingga menjelang akhir September ini, total realisasi M&A hanya US$ 720 miliar.

Menurut data Bloomberg, akuisisi lintas negara mengontribusi sekitar setengah nilai transaksi tahun ini. Sedangkan Reuters mencatat, hingga akhir kuartal kedua 2012, nilai akuisisi lintas negara mencapai lebih dari 40%.

"Perusahaan yang sudah matang dengan pertumbuhan lebih rendah mencari peluang pertumbuhan di pasar berkembang," kata Gary Posternack, Kepala M&A Amerika di Barclays Plc.

Angka M&A Eropa turun 41% menjadi US$ 84,2 miliar di kuartal ketiga, terendah sejak kuartal III-2002. Nah, angka ini bisa berubah banyak, terutama bila akuisisi EADS PA dan BAE Systems Plc diteken akhir September 2012.

Sejak awal tahun ini, angka akuisisi terbesar adalah pembelian Anheuser Busch InBev SA atas Grupo Modelo di Meksiko senilai US$ 20,1 miliar, menyusul akuisisi CNOOC atas produsen minyak Kanada, Nexen Inc senilai US$ 15,1 miliar.

Lantas, bagaimana dengan tren akuisisi di Indonesia? Kelesuan serupa ternyata menghinggapi Indonesia.

"Aktivitas M&A di Indonesia tahun ini tak sesemarak tahun lalu," kata Janson Nasrial, Analis AM Capital. Menurutnya, investor asing berminat mencaplok perusahaan di sektor energi dan keuangan.

Niat perusahaan asing berinvestasi terutama untuk menguasai dan memperkuat pasar. Misalnya, akuisisi Texas Pacific Group atas Triputra Agro Persada.

Selain itu, rencana akuisisi DBS atas Bank Danamon. "Kalau kondisi finansial membaik, M&A di Indonesia bisa lebih ramai," imbuh Janson.

Editor: